Tautan-tautan Akses

Fauci: AS Menuju ‘Arah yang Keliru’ dalam Kasus COVID-19


Pakar penyakit menular terkemuka AS, Dr. Anthony Fauci di Gedung Capitol, Washington, D.C., 20 Juli 2021.
Pakar penyakit menular terkemuka AS, Dr. Anthony Fauci di Gedung Capitol, Washington, D.C., 20 Juli 2021.

Pakar penyakit menular terkemuka Dr. Anthony Fauci mengatakan Amerika Serikat “menuju ke arah yang keliru,” dengan kasus COVID-19.

Berbicara di acara State of the Union di televisi CNN hari Minggu (25/7), Fauci mengatakan, “Lima puluh persen populasi tidak divaksinasi. Ini masalah.”

Pernyataan Fauci muncul sementara lonjakan kasus virus corona, terutama karena penyebaran varian Delta yang pertama kali diidentifikasi di India, menyapu wilayah-wilayah di mana orang menolak untuk divaksinasi. “Kita membuat diri sendiri dalam bahaya,” kata Fauci, penasihat medis utama Presiden Joe Biden.

Ia mengatakan orang-orang yang divaksinasi “sangat terlindungi,” termasuk terhadap varian Delta. Tetapi laju vaksinasi telah menurun di AS hingga lebih dari 80 persen sejak pertengahan April.

Beberapa kota, termasuk Los Angeles di pesisir Barat dan St. Louis di kawasan tengah, telah memberlakukan perintah baru bagi warga untuk mengenakan masker di ruang-ruang tertutup publik, terlepas dari status vaksinasi mereka. Kota-kota lain sedang mempertimbangkan arahan serupa.

Di China, para pejabat kesehatan melaporkan 76 kasus baru COVID pada hari Minggu. Klaster di Nanjing, kota di bagian timur, merupakan jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan di negara itu sejak Januari, menurut kantor berita Reuters.

Di Bangkok, demonstran antipemerintah berhadapan dengan polisi dalam jumlah besar pada hari Minggu (26/7), sementara Thailand berjuang keras untuk mengendalikan penyebaran kasus COVID-19 yang melonjak.

Pendukung pro-demokrasi mengenakan masker, turun ke jalan dalam aksi demo di Bangkok, Thailand, Kamis, 24 Juni 2021. (AP)
Pendukung pro-demokrasi mengenakan masker, turun ke jalan dalam aksi demo di Bangkok, Thailand, Kamis, 24 Juni 2021. (AP)

Ratusan aktivis turun ke jalan-jalan di ibu kota menyerukan reformasi politik, melanjutkan tuntutan dari gerakan antipemerintah yang meluas pada tahun lalu, ditambah dengan kemarahan atas lambannya peluncuran vaksin COVID-19.

Awal tahun ini, demonstrasi terhenti selama beberapa bulan karena pihak berwenang menindak keras para aktivis dan kasus COVID-19 meningkat. Kebangkitan kembali protes tersebut berlangsung sementara Thailand menghadapi gelombang kasus COVID-19 yang lebih buruk.

Sejak April, gelombang ketiga di Thailand telah menyebabkan tambahan ratusan ribu kasus baru, membuat pemerintah harus memberlakukan lockdown ketat di provinsi-provinsi yang terpukul parah, termasuk Bangkok. Ruang-ruang publik ditutup hari Jumat sebagai bagian dari upaya lebih luas untuk mengurangi penyebaran virus.

Tetapi pada hari Minggu tercatat lebih dari 15 ribu kasus baru COVID-19 dan lebih dari 100 kematian, angka tertinggi sejak pandemi dimulai, menurut berbagai laporan media lokal.

Sejauh ini, hanya sekitar lima persen populasi negara berpenduduk 70 juta orang itu yang telah mendapat vaksinasi penuh COVID-19.

Jacoby Brown (11, kiri) dan saudara perempuannya (9), belajar matematika di rumah mereka di Austin, Texas, Selasa, 13 Juli 2021. (AP)
Jacoby Brown (11, kiri) dan saudara perempuannya (9), belajar matematika di rumah mereka di Austin, Texas, Selasa, 13 Juli 2021. (AP)


Di AS, semakin banyak orang tua yang memilih menggunakan kurikulum asosiasi homeschooling (belajar di rumah) untuk anak-anak mereka selama wabah virus corona, menurut laporan yang dikeluarkan Biro Sensus AS. Angka terkait metode belajar seperti ini melonjak tahun lalu dari 5,4 persen pada bulan Maret menjadi 11 persen pada bulan September, kata Biro itu, sementara lonjakan di kalangan keluarga kulit hitam naik dari 3,3 persen menjadi 16,1 persen.

Pada hari Senin, data dari Johns Hopkins Coronavirus Resource Center menunjukkan bahwa lebih dari 190 juta kasus COVID-19 di seluruh dunia telah terkukuhkan dan 4.159.108 kematian tercatat. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG