Tautan-tautan Akses

EMA: Untuk Hentikan Lonjakan COVID-19, Eropa Harus Perkecil Kesenjangan Vaksinasi


Seorang petugas kesehatan tampak menyiapkan suntikan di salah satu ruangan yang khusus menangani pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat Universitas di Bucharest, Rumania, pada 8 November 2021. (Foto: AP/Vadim Ghirda)
Seorang petugas kesehatan tampak menyiapkan suntikan di salah satu ruangan yang khusus menangani pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat Universitas di Bucharest, Rumania, pada 8 November 2021. (Foto: AP/Vadim Ghirda)

Regulator Obat Uni Eropa, European Medicines Agency (EMA), pada Kamis (18/11) mengatakan orang-orang di Eropa yang tidak divaksinasi menjadi salah satu penyebab munculnya “gelombang keempat” COVID-19 di wilayah tersebut, dan mendorong negara-negara anggota Uni Eropa untuk memperkecil kesenjangan vaksinasi.

Dalam penjelasan singkat tentang pandemi COVID-19 di markas besar EMA di Amsterdam, Kepala EMA Urusan Ancaman Biologis Marco Cavaleri mengatakan pada wartawan bahwa di negara-negara Uni Eropa, orang yang tidak divaksinasi, terutama mereka yang berusia di atas 50 tahun, yang merupakan kelompok paling berisiko untuk dirawat di rumah sakit jika terinfeksi COVID-19, harus menjalani perawatan di ruang perawatan intensif ICU atau meninggal ketika mereka terserang COVID-19.

Cavaleri mendesak negara-negara anggota, terutama yang memiliki tingkat vaksinasi “sangat rendah,” untuk “memperkecil kesenjangan itu dan memastikan agar sebanyak mungkin orang divaksinasi.”

Ia kemudian mengatakan sebagaimana yang diperkirakan, data yang mereka kumpulkan terus menunjukkan bahwa suntikan penguat semakin memperkuat perlindungan terhadap infeksi dan penyakit. Ia menambahkan bahwa, EMA merekomendasikan agar suntikan penguat diberikan enam bulan setelah individu mendapatkan vaksinasi dosis penuh, tetapi negara-negara anggota tampaknya akan menawarkan suntikan dosis penguat tersebut lebih awal.

Pil COVID-19 buatan perusahaan farmasi Pfizer. (Foto: Pfizer via AP)
Pil COVID-19 buatan perusahaan farmasi Pfizer. (Foto: Pfizer via AP)

Kepala EMA mengatakan pihaknya pada Jumat (19/11) ini akan mempertimbangkan otorisasi pil baru COVID-19 buatan Pfizer untuk penggunaan darurat.

Pekan lalu EMA mengatakan mereka juga akan mempercepat persetujuan penggunaan pil COVID-19 buatan Merck.

Cavaleri mengatakan penggolongan obat-obatan dan pendekatan yang berbeda itu mewakili berbagai pilihan untuk mengobati COVID-19. Namun menekankan perlunya menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang selama ini ada, seperti pembatasan sosial, praktik kebersihan dan pemakaian masker, “agar kita melindungi diri kita sendiri dan orang lain.” [em/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG