Tautan-tautan Akses

DPR AS Setujui Bantuan 40 Miliar Dolar Lagi untuk Ukraina


Presiden Joe Biden meminta Kongres AS menyetujui dana bantuan tambahan untuk Ukraina (foto: dok).
Presiden Joe Biden meminta Kongres AS menyetujui dana bantuan tambahan untuk Ukraina (foto: dok).

Upaya Amerika melawan perang Rusia di Ukraina meningkat dengan cepat, dengan Dewan Perwakilan Rakyat AS pada hari Selasa (10/5) sekali lagi menyetujui bantuan militer dan kemanusiaan untuk Ukraina. Rencana pengeluaran dengan banderol $40 miliar itu diperkirakan akan disetujui Senat akhir pekan ini. Rencana ini mengikuti program pinjaman yang mempercepat pengiriman senjata ke negara tersebut.

Selagi perang berkecamuk di Odesa dan kota-kota lainnya di Ukraina, di Amerika terjadi peningkatan dramatis bantuan AS untuk negara tersebut.

Hanya dua bulan setelah Kongres menyetujui $13,6 miliar untuk membantu Ukraina, Presiden Joe Biden, memperingatkan bahwa dana untuk bantuan militer akan habis dalam seminggu. Dia meminta dana sebesar $33 miliar lagi.

“Biaya pertempuran tidak murah, tetapi menyerah pada agresi bahkan lebih mahal. Itu sebabnya kita meneruskan ini,” ujar Biden.

Sementara itu, para pejabat tinggi intelijen AS mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tampaknya bersiap menghadapi konflik panjang, dan perang di Ukraina akan menemui jalan buntu.

Para anggota Kongres dari Partai Demokrat mengatakan $33 miliar tidak cukup, dan menambahkan $7 miliar lagi, seperti disampaikan oleh Senator Demokrat Chris Murphy.

“Rusia akan kehabisan uang. Mereka akan kehabisan bahan pertahanan. Kita harus memastikan bahwa Ukraina tidak kehabisan uang, bahwa Ukraina tidak kehabisan bahan pertahanan,” kata Murphy.

Awal pekan ini, Biden menandatangani undang-undang mirip dengan undang-undang Perang Dunia II yang membantu negara-negara Eropa mengalahkan Nazi Jerman.

Undang-undang baru itu memungkinkan presiden untuk mempercepat pengiriman peralatan militer ke Ukraina. Sebagian pengamat memperingatkan sikap Biden yang semakin hawkish (kebijakan agresif atau suka berperang), yang didukung oleh Partai Republik dan Partai Demokrat di Kongres.

George Beebe, direktur untuk strategi besar di Quincy Institute for Responsible Statecraft, berbicara dengan VOA melalui Skype.

“Konsekuensi dari dukungan militer yang kurang lebih tanpa batas ke Ukraina, tanpa akhir yang terlihat dan kemungkinan memperpanjang perang yang menimbulkan bahaya nyata bagi keamanan Amerika adalah, menurut saya, subjek yang sangat serius yang belum diperdebatkan secara serious yang layak di Washington,” ujarnya.

Sementara itu, Kongres tidak dapat menyetujui dana $22,5 miliar yang diminta untuk memerangi COVID-19, termasuk $5 miliar untuk tanggapan pandemi global, dan menghapusnya dari paket Ukraina.

Untuk itu Senator Republik James Risch memberikan alasannya. “Pemisahan dilakukan karena kami ingin bergerak lebih cepat dengan masalah Ukraina. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa kami meremehkan masalah COVID. Saat ini, saya pikir masalah Ukraina menggigit kita lebih cepat dan lebih keras dan lebih langsung daripada COVID,” katanya.

Juga Selasa (10/5), Perdana Menteri Italia Mario Draghi datang ke Gedung Putih dengan pesan bahwa Eropa ingin mengakhiri konflik secara diplomatik.

“Orang berpikir bahwa, setidaknya mereka ingin memikirkan kemungkinan mendatangkan gencatan senjata dan memulai lagi serangkaian negosiasi yang kredibel,” ujar Draghi.

Presiden Biden tidak menyatakan persetujuannya pada komentar Draghi itu, dan para pejabat AS merasa skeptis bahwa Rusia bersedia untuk duduk di meja perundingan. [lt/ka]

XS
SM
MD
LG