Tautan-tautan Akses

Dokter Mogok Kerja, RS Rujukan Terbesar di Kenya Lumpuh


Petugas rumah sakit sedang merawat pasien kolera di Rumah Sakit Nasional Kenyatta, di Nairobi, Kenya, 19 Juli 2017.
Petugas rumah sakit sedang merawat pasien kolera di Rumah Sakit Nasional Kenyatta, di Nairobi, Kenya, 19 Juli 2017.

Warga miskin kembali menanggung beban perselisihan dan disfungsi sistem kesehatan masyarakat Kenya. Pemogokan dokter secara nasional menutup semua fasilitas umum selama tiga bulan tahun lalu, dan kini pemogokan terbaru telah melumpuhkan rumah sakit umum rujukan terbesar di negara ini selama hampir satu minggu.

Rose Ngao berjalan kaki ke Rumah Sakit Nasional Kenyatta dengan harapan akan menjalani rawat inap dan operasi untuk menghilangkan daging tumbuh di perutnya.

Dua hari kemudian, dia duduk di luar bagian Kecelakaan dan Darurat di rumah sakit itu sambil memikirkan langkah selanjutnya.

Ngao mengatakan ia dijadwalkan menjalani operasi setiap saat begitu pihak rumah sakit menetapkan tanggal operasi. Tapi dengan adanya pemogokan tidak seorangpun tahu kapan. Ia diminta untuk pergi ke rumah sakit lain, ke Mbagathi, untuk mendapatkan darah.

Pemogokan dokter terbaru ini terjadi karena kesalahan mengerikan di rumah sakit itu. Pekan lalu, seorang ahli bedah saraf membedah kepala pasien yang salah untuk operasi otak, tertukarnya kartu tanda identifikasi pasien menyebabkan orang yang dibawa ke ruang operasi keliru.

Dokter bedah yang melakukan operasi itu diskors. Lebih dari 700 dokter lain yang sedang menjalani pelatihan pascasarjana melakukan pemogokan untuk menunjukkan dukungan bagi dokter tersebut.

Para dokter itu menuntut agar rekan mereka segera dipekerjakan kembali dan manajemen menangani masalah sistematik di rumah sakit itu.

"Pekerja terlalu banyak beban kerja. Seperti sekarang dalam bedah saraf, kita punya tiga dokter magang. Satu menangani kasus baru, satu di ruang operasi, satu di bangsal, dan mereka bekerja siang malam tanpa henti, tidak ada istirahat sama sekali," kata Samuel Oroko, ketua Persatuan Apoteker dan Gigi Kenya.

"Kami punya satu tempat tidur ICU, ada tiga pasien yang membutuhkan tempat tidur di ICU. Bagaimana kami memilih siapa yang boleh hidup dan siapa yang harus meninggal? .Kami hanya punya satu alat pemindai untuk merawat 2.400 pasien. Mesin MRI kami tidak berfungsi," kata Kimani.

Seorang pasien di rumah sakit itu, Jane Odhiambo, mengatakan ia harus menunggu berjam-jam di rumah sakit karena kurang dokter.

Dewan Rumah Sakit Nasional Kenyatta, Kamis (8/3) pekan lalu membatalkan surat penghentian sementara yang diberikan kepada dokter yang melakukan operasi otak yang keliru itu dan menyerukan agar para dokter yang mogok segera kembali bekerja. [my/ds]

XS
SM
MD
LG