Tautan-tautan Akses

Dikecam, Kekerasan dan Aksi Balas Dendam Setelah Penembakan Polisi Dallas


Orang-orang berpelukan di tempat peringatan penembakan polisi di markas besar polisi di Dallas, Texas, 10 Juli 2016.
Orang-orang berpelukan di tempat peringatan penembakan polisi di markas besar polisi di Dallas, Texas, 10 Juli 2016.

Presiden Amerika Barack Obama mengecam kekerasan yang dijadikan cara untuk mendorong perubahan setelah kasus penembakan maut terhadap lima polisi di Dallas, Texas. Menurut laporan wartawan VOA Michael Brown, meskipun ketegangan antara kelompok masyarakat minoritas dan petugas penegak hukum bukan hal baru, pembunuhan terhadap polisi telah mengguncang Amerika dan semakin merumitkan pembahasan yang pelik mengenai keselamatan masyarakat di Amerika.

Perasaan sedih dan duka menyelimuti Dallas, sementara kemarahan masih menggelegak di Minnesota dan Louisiana setelah penembakan fatal lelaki-lelaki kulit hitam oleh polisi setempat pekan lalu. Presiden Obama mengeluarkan pernyataan dari Spanyol, “Kekerasan apapun yang ditujukan terhadap polisi merupakan kejahatan tercela dan harus diproses hukum.”

Hasil investigasi awal menunjukkan bahwa pelaku penembakan di Dallas mungkin telah merencanakan serangan yang lebih besar lagi terhadap polisi sebagai pembalasan dendam atas apa yang dianggap sebagian kalangan sebagai kekerasan terus menerus oleh polisi yang menarget kelompok ras minoritas. Para pejabat Amerika menyatakan tindakan main hakim sendiri tidak dapat ditolerir.

Menteri Keamanan Dalam Negeri Jeh Johnson dalam acara di televisi ABC This Week mengatakan, “Kekerasan sama sekali bukan jawaban. Hutang mata dibayar dengan mata membuat semua orang buta. Sekarang adalah saatnya bagi pemulihan, saatnya berkabung, serta saatnya membangun jembatan dan dialog.”

Sementara itu, Donald Trump, yang diasumsikan akan menjadi calon presiden dari partai Republik, mengatakan, “Kita akan membuat Amerika aman kembali.”

Perkembangan yang memprihatinkan ini juga mengemuka dalam kampanye para calon presiden. Donald Trump menyatakan, “Serangan brutal terhadap polisi kita merupakan serangan terhadap negara kita dan terhadap keluarga kita. Kita harus menunjukkan solidaritas dengan para penegak hukum, kita harus ingat polisi adalah kekuatan antara peradaban dan kekacauan total.”

Sementara itu Hillary Clinton yang diasumsikan bakal menjadi calon presiden dari partai Demokrat mengatakan, “Kita tidak dapat, kita tidak boleh menjelek-jelekkan polisi. Warga kulit putih Amerika perlu lebih baik lagi menyimak sewaktu warga kulit hitam bicara, berbicara mengenai hambatan-hambatan yang terlihat maupun tidak yang dihadapi setiap hari.”

Jika tujuannya adalah membuat orang mau menyimak, Presiden Obama memberi saran mengenai cara terbaik menyampaikan pesan.

“Saya hanya ingin mengatakan bahwa siapapun yang prihatin mengenai penembakan polisi atau bias rasial dalam sistem hukum pidana, bahwa menjaga sikap jujur, serius dan hormat akan membantu menggerakkan masyarakat Amerika mengatasi tantangan nyata dan itulah tujuan utama kita,” ujarnya.

Namun sekarang ini, kemarahan yang tinggi masih terasa di Dallas dan tempat-tempat lainnya. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG