Tautan-tautan Akses

Diaspora Indonesia Dukung Penerapan Kembali Wajib Masker di Amerika


Seorang pelanggan yang mengenakan masker keluar dari toko di Broadway di distrik perbelanjaan ritel di lingkungan SoHo di wilayah Manhattan, New York, Jumat, 14 Mei 2021.. (Foto: AP)
Seorang pelanggan yang mengenakan masker keluar dari toko di Broadway di distrik perbelanjaan ritel di lingkungan SoHo di wilayah Manhattan, New York, Jumat, 14 Mei 2021.. (Foto: AP)

Melonjaknya kasus COVID-19 varian Delta di AS mendorong sejumlah negara bagian untuk mewajibkan kembali penggunaan masker di tempat-tempat umum seperti sekolah dan perkantoran ataupun lokasi di mana terdapat keramaian dalam ruang tertutup. Diaspora Indonesia menyambut baik peraturan tersebut.

Penerapan kembali wajib masker oleh pemerintahan sejumlah negara bagian di Amerika bagi para warganya ini bertepatan dengan berakhirnya libur musim panas bagi sekolah-sekolah di Amerika. Dalam tahun ajaran baru, sekolah membuka kelas tatap muka atau siswa kembali masuk secara fisik.

Seiring dengan itu, banyak perkantoran mempersiapkan para pegawainya untuk secara bertahap kembali bekerja di kantor, mengakhiri kegiatan work from home (WFH) atau bekerja dari rumah.

Deny Sirait bersama keluarga. (Foto: Dok Pribadi)
Deny Sirait bersama keluarga. (Foto: Dok Pribadi)

Deny Sirait bekerja pada perusahaan cyber security di daerah Washington, DC. Sampai sekarang ia masih WFH seratus persen. Kantornya belum ini mengumumkan perpanjangan masa bekerja dari rumah.

Sebagai orang tua dengan dua anak usia sekolah, Deny menyambut baik peraturan wajib masker dari pemerintahan Washington, D.C.

“Itu sih bagus ya. Gak salah, paling nggak ini kan basic prevention atau pencegahan supaya nggak gampang menularkan ke orang-orang di sekitar kita, apalagi ya bagi orang-orang yang belum divaksinasi," katanya.

Seorang penumpang mengenakan masker saat di dalam kereta bawah tanah ketika jumlah kasus baru COVID-19 akibat varian Delta terus bertambah di Kota New York, AS, 26 Juli 2021. (Foto: Andrew Kelly/Reuters)
Seorang penumpang mengenakan masker saat di dalam kereta bawah tanah ketika jumlah kasus baru COVID-19 akibat varian Delta terus bertambah di Kota New York, AS, 26 Juli 2021. (Foto: Andrew Kelly/Reuters)

Deny menambahkan, ia merasa agak berat untuk melepas kedua anaknya kembali masuk sekolah. Yang paling memberatkannya adalah kenyataan bahwa kedua anaknya belum masuk kelompok usia penerima vaksin. Ia sangat berharap ada alternatif untuk melanjutkan kegiatan belajar secara virtual untuk menghindari terjadinya perebakan virus antar murid sekolah.

“Namanya anak-anak kan, kebetulan belum divaksin (asi), kalau ke sekolah pegang ini pegang itu, gak cuci tangan, mungkin mereka disuruh cuci tangan, pakai masker, segala macam, tapi kan kita tidak bisa jamin, namanya anak-anak, main ke sana kemari, lari-lari," katanya.

Andini Erwidodo. (Foto: Dok Pribadi)
Andini Erwidodo. (Foto: Dok Pribadi)

Kekhawatiran akan kesehatan anak juga diungkap Andini Erwidodo, yang bekerja pada sebuah agen pemasaran di kota New York. Ia mengatakan antar rekan kerja di kantornya terbuka seputar status vaksinasi. Namun, kantornya tidak ketat perihal masker, berbeda dengan kantor lain pada umumnya.

Jadi, Andini melakukan berbagai prokes guna melindungi anaknya yang baru berusia 2 tahun dan belum bisa divaksinasi. Ia membatasi kegiatan, tidak bertemu dengan siapapun di luar keluarga. Kalaupun bertemu, ia akan memastikan terlebih dahulu mereka telah divaksinasi.

Emil Rezandi. (Foto: Dok Pribadi)
Emil Rezandi. (Foto: Dok Pribadi)

Emil Rezandi adalah pegawai pemerintah negara bagian Wisconsin pada Departemen Transportasi yang baru saja secara bertahap kembali bekerja di kantor. Setelah lebih dari 17 bulan WFH sejak awal pandemi, kini kantor Emil menerapkan sistem kerja sebanyak 40 persen di kantor atau dua hari dalam seminggu di mana tiap pegawai diberi kebebasan memilih hari. Sebagai pegawai pemerintah negara bagian, Emil dianjurkan menjalani vaksinasi namun tidak diharuskan.

Menanggapi berkembangnya varian Delta, kini kantor Emil mengharuskan semua pegawai (yang telah maupun yang belum divaksinasi) untuk mengenakan masker di tempat kerja. Adapun peraturan wajib menggunakan masker pada tempat-tempat umum tertutup mulai dari sekolah, perkantoran, hingga restoran, datang dari pemerintahan kabupaten setempat.

“Pendapat saya sendiri, memakai masker itu bukan sesuatu yang menyenangkan tapi karena telah terbukti efektifitasnya dalam melambatkan laju infeksi terhadap diri kita sendiri dan juga orang-orang di sekitar kita, ya menurut saya, memang ini sesuatu yang harus kita dukung demi keselamatan bersama," katanya.

Jessica Wuisan, ibu dari tiga anak usia 12, 6 dan 4 tahun, mengaku sangat kecewa dengan kebijakan pemerintah tempat tinggalnya yang memberi kebebasan pribadi untuk menentukan perlunya tidaknya menggunakan masker. Jessica tinggal di Texas, salah satu negara bagian yang tidak mewajibkan penduduknya mengenakan masker. Bukan itu saja, gubernur negara bagian tersebut juga secara terang-terangan menentang mandat pemerintah federal untuk mewajibkan penggunaan masker.

Jessica Wuisan. (Foto: Dok Pribadi)
Jessica Wuisan. (Foto: Dok Pribadi)

Jessica mengaku frustrasi atas sikap pemerintah Texas yang menurutnya tidak mengambil langkah yang diperlukan untuk menjamin kesehatan warganya serta melindungi penduduk setempat dari penyebaran COVID-19 varian Delta.

Berkaitan dengan kelas tatap muka, Jessica berharap pemerintah setempat menjamin keamanan para siswa dengan melakukan berbagai langkah. Setidaknya, sekolah-sekolah menyediakan pembatas plexiglass, mewajibkan masker, menjamin pelacakan kontak, bahkan waktu istirahat dan makan siang yang digilir selang-seling.

Sementara bagi Dylan Juni, siswa berdarah Indonesia pada sebuah SMA di kota Madison, Wisconsin, mengenakan masker memang merupakan hal yang kurang ideal dan merepotkan. Namun ia bersedia melakukannya. Ia senang ketika peraturan menggunakan masker dilonggarkan, tetapi kini semua harus kembali mengenakan masker demi keamanan semua.

Diaspora Indonesia Dukung Penerapan Kembali Wajib Masker di Amerika
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:00 0:00

Dylan mengatakan, menggunakan masker memang tidak menyenangkan. Namun ketidaknyamanan tersebut tak sebanding dengan fungsi masker,

yang dapat melindungi semua orang dari penularan COVID-19. Menurutnya, walau kini semakin meningkatnya risiko penularan COVID mengkhawatirkan, kita semua dapat menjaga keamanan dengan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan. [aa/ka]

XS
SM
MD
LG