Wakil Menteri Luar Negeri Jepang, yang diutus ke Yordania untuk mengawasi upaya-upaya membebaskan seorang warganegara Jepang yang disandera kelompok ekstremis Negara Islam (ISIS), mengatakan, pemerintahnya bekerja sepanjang hari untuk membebaskan warganya itu.
Wakil Menteri Luar Negeri Yasuhide Nakayama mengatakan kepada wartawan hari Selasa (27/1) di Amman bahwa para perunding Jepang tidak akan menyerah sebelum sandera, wartawan Kenji Goto, dibebaskan. Nakayama mengatakan ia berharap Goto maupun seorang pilot Yordania yang ditawan para ekstremis itu dapat kembali ke rumah mereka.
Nakayama menolak memberi rincian mengenai apa yang dilakukan dalam upaya membebaskan para sandera tersebut.
Para penyandera menuntut pembebasan seorang calon pengebom bunuh diri yang dipenjarakan di Yordania, sebagai imbalan atas pembebasan para sandera.
Militan Negara Islam (ISIS) telah mengancam akan membunuh sandera mereka, seorang warganegara Jepang dan Yordania, dalam waktu 24 jam, demikian menurut pesan di Internet yang terkait dengan kelompok itu.
Hari Minggu (25/1), Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyebut pemenggalan kepala seorang sandera Jepang lainnya, Haruna Yukawa, oleh kelompok ISIS “keterlaluan dan tidak dapat dibiarkan.”
Pemimpin Jepang itu menyampaikan kepada badan penyiaran publik NHK bahwa Jepang tidak akan menyerah pada terorisme, dan ia meminta pembebasan segera Kenji Goto. Goto ditangkap sewaktu berupaya membebaskan Yukawa di Suriah pada bulan Oktober.
Hari Sabtu, ISIS mengunggah video di Internet yang menunjukkan Goto memegang foto-foto yang tampaknya untuk memperlihatkan tubuh Yukawa setelah dipancung.
Dalam video itu, suara seorang laki-laki terdengar ditujukan langsung pada Shinzo Abe, dan menuduhnya bertanggungjawab atas kematian Yukawa. Suara yang diaku sebagai suara Goto itu menyatakan ia akan dilepaskan dengan imbalan pembebasan Sajida al-Rishawi, seorang perempuan yang dituduh berusaha menjadi pelaku serangan bom bunuh diri, yang sekarang dipenjarakan di Yordania.
ISIS, yang menguasai sepertiga wilayah Suriah dan Irak, pekan lalu mengancam akan memancung kedua warga Jepang yang disandera itu dalam waktu 72 jam, kecuali jika mereka membayar uang tebusan 200 juta dolar.
