Tautan-tautan Akses

Demonstrasi Menentang Keberadaan Migran di Yunani dan Turki Berlanjut


Seorang anak migran yang ingin pergi ke Jerman. Mereka menuntut dibukanya perbatasan Yunani dan Makedonia. Idomeni, Yunani.
Seorang anak migran yang ingin pergi ke Jerman. Mereka menuntut dibukanya perbatasan Yunani dan Makedonia. Idomeni, Yunani.

Rencana pemulangan para migran dari Yunani ke Turki memicu demonstrasi di kedua negara. Pada saat yang sama para migran yang terjebak di kamp-kamp darurat di Yunani yang berbatasan dengan Makedonia menuntut dibukanya pintu perbatasan agara mereka dapat melanjutkan perjalanan ke Eropa.

Rencana untuk memulangkan migran dari Yunani ke Turki memicu demonstrasi sejumlah warga lokal di kedua negara hari Sabtu (2/4), dua hari sebelum perjanjian yang dimediasi Uni Eropa itu dilaksanakan.

Pada saat bersamaan, para migran yang terjebak di kamp-kamp darurat di sebuah kota kecil di Yunani yang berbatasan dengan Makedonia juga berdemonstrasi menuntut dibukanya pintu perbatasan dan supaya mereka diijinkan melanjutkan perjalanan ke Eropa.

Warga di Yunani yang melancarkan protes terhadap keberadaan migran di kota mereka, memblokir sebuah jalan utama selama sekitar satu jam, menuntut evakuasi lebih dari 11.000 migran yang terjebak disana ke “pusat-pusat transit” di kota lain. “Polisi tahu apa yang seharusnya mereka lakukan, mereka harus melakukan penertiban”, ujar Georgios Georgantas – seorang anggota parlemen dari kelompok oposisi “Partai Demokrasi Baru” yang ikut berdemonstrasi. Ia menyerukan “evakuasi segera” kamp Idomeni, “jika perlu dengan menggunakan kekerasan.”

Warga Idomeni menuduh beberapa migran telah memasuki rumah-rumah kosong di kota itu dan mengatakan hal itu membuat warga tidak lagi merasa aman.

Sementara di kota pesisir Dikili di Turki, ratusan warga juga berdemonstrasi menentang rencana menampung orang-orang yang diusir dari pulau-pulau di Yunani – khususnya Pulau Chios dan Pulau Lesbos – dimana ada lebih dari 5.000 migran.

Turki dijadwalkan akan menerima kelompok pertama migran dan pencari suaka yang dipulangkan tersebut pada hari Senin (4/4). Rencana untuk membangun pusat penampungan migran di Dikili tidak disukai warga kota itu. “Kami tentu saja tidak ingin ada kamp pengungsi di Dikili”, ujar walikota Dikili – Mustafa Tosun.

Demonstran menunjukkan keprihatinan mereka terhadap dampak perjanjian yang dimediasi Uni Eropa itu pada sektor ekonomi, keamanan dan pariwisata di kota mereka.

Perjanjian Uni Eropa – Turki itu menetapkan mereka yang mencapai daratan Yunani secara tidak sah akan dipulangkan ke Yunani, kecuali jika mereka berhak memperoleh suaka. Perjanjian itu untuk mengakhiri praktek penyelundupan manusia yang kini beroperasi di Turki. [em]

XS
SM
MD
LG