Tautan-tautan Akses

Demonstrasi, Aksi Kekerasan & Kematian Bayangi Pemilu di Venezuela


Seorang petugas Kepolisian Venezuela-Bolivia Venezuelan Bolivarian melempar sebuah sepeda motor milik pribadi ke kobaran api setelah terjadi ledakan di lapangan Altamira saat bentrokan dengan demonstran anti pemerintah di Caracas, Venezuela, Minggu, 30 Juli 2017.
Seorang petugas Kepolisian Venezuela-Bolivia Venezuelan Bolivarian melempar sebuah sepeda motor milik pribadi ke kobaran api setelah terjadi ledakan di lapangan Altamira saat bentrokan dengan demonstran anti pemerintah di Caracas, Venezuela, Minggu, 30 Juli 2017.

Demonstrasi, aksi kekerasan dan kematian membayangi pemilu di Venezuela hari Minggu (30/7), suatu langkah yang tidak populer untuk memilih 545 anggota majelis konstitusi guna membuat konstitusi baru.

Setidaknya sembilan orang dilaporkan tewas sejak Jum’at (28/7) sehingga jumlah korban tewas dalam demonstrasi empat bulan terakhir ini menjadi lebih dari 120 orang. Korban tewas itu mencakup Jose Feliz Pineda, seorang pengacara berusia 39 tahun yang merupakan kandidat majelis konstitusional. Jose ditembak di rumahnya Sabtu malam (29/7).

Hari Minggu (30/7) empat polisi yang mengendarai sepeda motor luka-luka ketika seseorang melemparkan bom ke arah konvoi mereka di Caracas.

Demonstran yang mendukung dan menentang majelis itu saling baku hantam di seluruh Venezuela, dimana kelompok oposisi memblokir jalan-jalan dan polisi membalas dengan tembakan gas air mata dan peluru karet.

President Nicholas Maduro mengatakan mereka yang menentang larangan demonstrasi selama pemilu bersejarah itu beresiko dijatuhi hukuman penjara hingga 10 tahun.

Pihak oposisi mengatakan pemungutan suara itu telah dicurangi dan menyerukan pemboikotan pemilu. Sejumlah wartawan di Caracas mengatakan puluhan TPS sepi, alias tidak didatangi pemilih.

Maduro memberikan suara pertama pada hari Minggu, dan menyebutnya “suara pertama untuk perdamaian, kedaulatan dan kemerdekaan Venezuela.”

Maduro mendesak masyarakat internasional menerima pemilu tersebut. “Kita telah bertahan melawan terorisme dan kekerasan kriminal. Semoga dunia menghormati hal ini,” tambah Maduro.

Namun Amerika menegaskan tidak akan menerima pemilu itu. Duta Besar Amerika Untuk PBB Nikki Haley memasang cuitan di Twitter bahwa “pemilu pura-pura Maduro adalah langkah lain menuju kediktatoran. Kami tidak akan menerima sebuah pemerintahan yang tidak sah. Rakyat Venezuela dan demokrasi akan menang.”

Rincian tentang apa yang akan dicakup dalam konstitusi baru itu masih belum jelas. Maduro mengatakan ini adalah satu-satunya cara untuk mengeluarkan Venezuela dari krisis ekonomi dan sosial yang parah, dan sekaligus menghentikan aksi kekerasan yang tampaknya tidak ada habisnya.

Para kritikus mengatakan hanya pendukung Maduro yang menjadi calon anggota majelis konstitusi, termasuk ibu negara Cilia Flores dan wakil presiden pertama dari Partai Sosialis Bersatu yang berkuasa, Diosdado Cabello. (em)

XS
SM
MD
LG