Tautan-tautan Akses

Demonstran di AS Dapat Dukungan dari Berbagai Penjuru Dunia


Para pengunjuk rasa Selandia Baru menggelar doa bersama sebagai dukungan terhadap aksi brutal polisi yang menyebabkan tewasnya George Floyd di Minneapolis, di depan gedung parlemen di Wellington, 1 Juni 2020. (Foto oleh David Lintott / AFP)
Para pengunjuk rasa Selandia Baru menggelar doa bersama sebagai dukungan terhadap aksi brutal polisi yang menyebabkan tewasnya George Floyd di Minneapolis, di depan gedung parlemen di Wellington, 1 Juni 2020. (Foto oleh David Lintott / AFP)

Ribuan orang di Selandia Baru, Senin (1/6) berpawai sebagai unjuk solidaritas dengan pengunjuk rasa di Amerika Serikat yang memprotes kematian George Floyd, lelaki kulit hitam yang tewas di tangan polisi.

Demonstran di Auckland berpawai menuju Konsulat AS dan meneriakkan slogan-slogan yang biasa dikemukakan pada protes-protes di Amerika, termasuk “Black Lives Matter” dan “tak ada keadilan, tak ada kedamaian.”

Demonstrasi hari Senin (1/6) menyusul unjuk rasa serupa hari Minggu (31/5) di Inggris, Brazil, Kanada dan berbagai negara lainnya.

Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di tengah kota London untuk menyuarakan dukungan mereka bagi demonstran di AS yang mengecam perilaku polisi sejak kematian Floyd pekan lalu di Minneapolis, Minnesota.

Floyd tewas setelah Derek Chauvin, polisi kulit putih, menindihkan lututnya ke leher Floyd selama lebih dari delapan menit, meskipun Floyd berulang kali mengatakan ia tak dapat bernafas.

Demonstran di Denmark berpawai menuju Kedutaan Besar AS di Kopenhagen pada hari Minggu, sembari membawa poster dengan pesan-pesan seperti “Berhenti Membunuh Orang Kulit Hitam.” Di Jerman, demonstran membawa poster-poster bertulisan, “Tangkap Polisi yang Bertanggung jawab,” dan “Siapa yang Harus Dipanggil sewaktu Polisi Membunuh?”

Di negara-negara dengan pemerintah yang otoriter, para pejabat mengkritik tindakan polisi, sementara media pemerintah memperlihatkan berbagai demonstrasi dalam konteks pemerintah AS yang mengeluhkan tindakan keras terhadap demonstran di negara-negara lain, seperti perlakuan China terhadap demonstran prodemokrasi di Hong Kong.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian, Senin (1/6) mengemukakan dalam keterangan pers bahwa kerusuhan itu menunjukkan “parahnya masalah rasisme dan kekerasan polisi di AS.”

Ini menyusul komentar Hu Xijin, redaktur surat kabar Global Times yang dikelola Partai Komunis China, yang mengatakan para pejabat AS kini dapat melihat protes-protes itu dari sudut pandang mereka sendiri. “Saya ingin bertanya kepada ketua DPR Nancy Pelosi dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo: Haruskah Beijing mendukung protes-protes AS, seperti ketika Anda memuji-muji para perusuh di Hong Kong?.”

Di Iran, di mana pemerintah dalam beberapa tahun ini telah melancarkan penumpasan keras terhadap para demonstran, televisi pemerintah berulang kali menayangkan gambar-gambar mengenai kerusuhan di AS. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Abbas Mousavi hari Senin meminta pihak berwenang AS untuk “menghentikan kekerasan terhadap rakyat mereka sendiri dan membiarkan mereka bernafas.” [uh/ab]

XS
SM
MD
LG