Tautan-tautan Akses

Clinton Luncurkan Buku 'What Happened' soal Kekalahan di Pilpres AS


Hillary Clinton pada acara peluncuran buku barunya, "What Happened", di toko buku Barnes & Noble di New York, Selasa (12/9).
Hillary Clinton pada acara peluncuran buku barunya, "What Happened", di toko buku Barnes & Noble di New York, Selasa (12/9).

Kurang dari setahun setelah kekalahannya dalam pemilu, mantan calon presiden AS, Hillary Clinton menerbitkan sebuah buku di mana dia berusaha menjelaskan kepada pendukungnya, apa yang menyebabkan hasil yang tidak terduga itu. Para pendukung Clinton antri di New York, Selasa (12/9) untuk mendapatkan buku yang ditandatanganinya, berjudul "What Happened".

Clinton tersenyum ketika mengobrol dengan para pendukungnya dan menandatangani buku barunya. Antrian panjang pelanggan menunggu giliran mereka di luar toko buku Barnes & Noble di New York.

Linda Webb adalah seorang penduduk New York.

"Saya benar-benar menghormati, memuja, mengagumi dan mencintainya dan hanya ingin berada di sini dan menjadi bagian dari kelompok orang banyak, untuk membeli bukunya dan membacanya," tutur Webb.

Jonathan Lemire, seorang reporter Associated Press, yang telah membaca buku itu sebelumnya mengatakan, buku itu menjelaskan apa yang salah dalam kampanye Hillary di mana dia mengakui kesalahannya sendiri.

"Saya pikir inilah kesempatan baginya untuk mengatakan ini adalah kejadian setahun yang lalu, inilah hal-hal yang menurut saya berkontribusi pada kekalahan saya, ini adalah faktor luar yang berkontribusi pada kekalahan saya, tapi juga menjelaskan kesalahan pribadi saya yang mendorong terpilihnya Donald Trump," papar Lemire.

Namun, mantan kandidat presiden Demokrat tersebut tidak segan-segan mengecam Donald Trump dari Partai Republik. Clinton menggambarkan Trump tidak layak menjabat dalam kampanye pemilihannya dan dia mengatakan hal itu dalam buku tersebut, kata Jonathan Lemire.

"Dia mengatakan, dari apa yang dilihatnya sejauh ini, Trump telah membuktikan kebenaran pendapatnya itu. . Hillary Clinton tentu saja menyalahkan campur tangan Rusia, namun kritiknya yang paling pedas ditujukan pada Direktur FBI, James Comey yang menurutnya telah menjungkir-balikkan trend kampanye pemilu masa itu , dua minggu sebelum para pemilih pergi ke TPS, ketika Comey mengumumkan bahwa dia akan membuka kembali penyelidikan atas skandal emailnya," tambah Lemire.

Pendukung Trump mengabaikan peran Rusia dalam kekalahan Clinton. Salah satunya adalah Howard Caplain.

"Semua orang yang berpikir ada alasan misterius tentang apa yang terjadi. Tidak ada hal-hal yang misterius... Orang tidak suka dia dan orang-orang lebih suka pada Trump supaya ada perubahan di negara ini," kata Caplain.

Clinton tadinya diperkirakan akan menang dalam pemilihan presiden 2016, tetapi dia hanya memenangkan 227 suara dewan pemilih, atau kalah dibandingkan dengan perolehan suara Trump yang memperoleh 304 dewan pemilih. Namun, Hillary Clinton memenangkan jumlah suara pemilih terbanyak, sekitar 2,9 juta suara lebih banyak daripada Trump. [ps/ii]

XS
SM
MD
LG