Tautan-tautan Akses

Chris Hipkins Dilantik sebagai Perdana Menteri Selandia Baru


Chris Hipkins berbicara kepada awak media dalam konferensi pers di Wellington, Selandia Baru, pada 28 Oktober 2021. (Foto: Robert Kitchin/Pool Photo via AP, File)
Chris Hipkins berbicara kepada awak media dalam konferensi pers di Wellington, Selandia Baru, pada 28 Oktober 2021. (Foto: Robert Kitchin/Pool Photo via AP, File)

Pemimpin Partai Buruh Chris Hipkins telah dilantik sebagai perdana menteri Selandia Baru dalam sebuah upacara resmi pada Rabu (25/1), menyusul pengunduran diri Perdana Menteri Jacinda Ardern pekan lalu.

Partai Buruh memilih mantan Menteri Penanggulangan COVID-19 dan Kepolisian tersebut yang kini berusia 44 tahun untuk memimpin partai dan negara itu pada hari Minggu (22/1). Penunjukan tersebut berlangsung setelah berita pengunduran diri Ardern yang muncul secara mengejutkan di mana perempuan berusia 42 tahun itu mengatakan ia "tidak punya kekuatan lagi" untuk memimpin negaranya.

Ratusan orang berkumpul di halaman parlemen Selandia Baru ketika Ardern keluar dari parlemen untuk terakhir kalinya. Ia memeluk setiap anggota parlemen secara bergantian dan banyak diantaranya tampak emosional.

Ardern kemudian pergi ke Gedung Pemerintah, di mana ia mengajukan pengunduran dirinya kepada Gubernur Jenderal Cindy Kiro, perwakilan Raja Charles di Selandia Baru.

Hipkins dan wakilnya Carmel Sepuloni, orang pertama dari keturunan Kepulauan Pasifik yang memegang jabatan tersebut kemudian dilantik dalam upacara yang berlangsung beberapa menit.

Hipkins, yang sejauh ini menolak mengomentari kebijakannya sejak terpilih sebagai pemimpin, akan mengadakan rapat Kabinet pertamanya pada Rabu malam.

Dikenal dengan julukan "Chippy," Hipkins memiliki pamor yang mentereng di kalangan warga Selandia Baru atas kompetensinya dalam menangani COVID-19, meskipun ia mengakui beberapa kesalahan dalam menangani pandemi dan menghadapi perjuangan berat untuk mempertahankan kekuasaannya dalam pemilihan umum Oktober.

Jajak pendapat yang dilakukan oleh 1News-Kantar dan dirilis pada bulan Desember menunjukkan dukungan Partai Buruh turun menjadi 33 persen dari 40 persen pada awal 2022, yang berarti Partai Buruh tidak akan dapat menjadi mayoritas meskipun bermitra dengan koalisi lamanya, Partai Hijau yang memperoleh suara 9 persen. Pihak oposisi Partai Nasional diuntungkan oleh turunnya dukungan terhadap Partai Buruh. [my/rs]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG