Tautan-tautan Akses

China Sebut Rusia Mitra Strategis Meski Moskow Serang Ukraina


Menteri Luar Negeri China Wang Yi dalam konferensi pers video jarak jauh yang diadakan di sela-sela pertemuan tahunan Kongres Rakyat Nasional (NPC) China di Beijing, Senin, 7 Maret 2022. (AP/Sam McNeil)
Menteri Luar Negeri China Wang Yi dalam konferensi pers video jarak jauh yang diadakan di sela-sela pertemuan tahunan Kongres Rakyat Nasional (NPC) China di Beijing, Senin, 7 Maret 2022. (AP/Sam McNeil)

Menteri Luar Negeri China, Senin (7/3), menyebut Rusia sebagai “mitra strategis paling penting'', di tengah penolakan Beijing terus-menerus untuk mengutuk invasi Moskow ke Ukraina.

Wang Yi mengatakan hubungan dengan Moskow merupakan “salah satu hubungan bilateral paling penting di dunia”.

China mengambil sikap yang berbeda dengan AS, Eropa, dan beberapa negara lainnya yang telah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia setelah invasinya ke Ukraina. Beijing mengatakan sanksi-sanksi menciptakan masalah baru dan mengancam penyelesaian politik atas konflik itu.

''Tidak peduli seberapa berbahayanya lanskap internasional, kami akan mempertahankan fokus strategis kami dan mempromosikan pengembangan kemitraan komprehensif China-Rusia di era baru,'' kata Wang kepada wartawan pada konferensi pers di sela-sela pertemuan tahunan parlemen China. “Persahabatan antara kedua bangsa itu berbalut besi,” tambahnya.

Banyak perhatian tercurah pada pertemuan antara pemimpin China Xi Jinping dan Presiden Vladimir Putin di Beijing pada 4 Februari. Setelah pertemuan itu, mereka mengeluarkan sebuah pernyataan bersama yang menegaskan bahwa kedua negara saling mendukung secara kuat untuk melindungi kepentingan-kepentingan utama mereka.

Rusia mendukung pandangan China tentang Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai “bagian tak terpisahkan dari China, dan menentang segala bentuk kemerdekaan Taiwan”, sementara China mendukung Rusia dalam menentang perluasan NATO lebih lanjut.

Sejak itu, pemerintah Xi menolak untuk mengkritik invasi Rusia tetapi berusaha menjauhkan diri dari perang Putin dengan menyerukan dialog dan penghormatan terhadap kedaulatan nasional. Sikap itu menyiratkan bahwa Putin tidak memberi tahu pemimpin China tersebut mengenai rencana perangnya sebelum pernyataan Februari mereka.

Selain mengecam sanksi perdagangan dan keuangan terhadap Moskow, Beijing mengatakan Washington harus disalahkan atas konflik tersebut karena tidak mempertimbangkan keprihatinan keamanan Rusia.

Dalam percakapan telepon selama satu jam dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada hari Sabtu (5/7), Wang mengatakan China menentang setiap langkah yang "dapat memperparah perang" di Ukraina.

Media-media yang dikendalikan pemerintah China diberitahu untuk hanya memposting konten pro-Rusia dan menyensor pandangan anti-Rusia atau pro-Barat, menurut salinan instruksi yang muncul di akun media sosial surat kabar Beijing News. Postingan itu belakangan dihapus.

Pada hari Jumat (4/3), sebuah terjemahan TV pemerintah atas pernyataan ketua Komite Paralimpiade Internasional dalam upacara pembukaan Paralimpiade Musim Dingin Beijing melewatkan bagian-bagian yang mengungkapkan kengerian tentang perang di Ukraina dan menyerukan perdamaian. Surat kabar yang dikelola pemerintah China, Capital News, tampaknya mendukung permintaan Putin agar Ukraina menjadi penyangga netral antara Rusia dan Eropa dan melepaskan kemungkinannya menjadi anggota NATO. “Ukraina harus menjadi jembatan antara Timur dan Barat, bukan perbatasan konfrontasi antara kekuatan besar,'' kata Capital News. [ab/ka]

XS
SM
MD
LG