Tautan-tautan Akses

Cerita Humaidi, yang Gagal Dievakuasi dari Wuhan dan Semangat Untuknya


Sukarelawan Wuhan gunakan pakaian pelindung saat menyemprotkan disinfektan di komplek perhunian di kota Wuhan
Sukarelawan Wuhan gunakan pakaian pelindung saat menyemprotkan disinfektan di komplek perhunian di kota Wuhan

Evakuasi warga negara Indonesia (WNI ) dari Wuhan awal Februari lalu ternyata masih menyisakan 7 WNI. Tiga diantaranya gagal dievakuasi lantaran tidak memenuhi persyaratan kesehatan untuk bisa diangkut keluar dari Kota Wuhan.

Humaidi adalah salah satunya. Mahasiswa S-2 jurusan linguistik itu terpaksa harus tinggal lebih lama di Wuhan akibat batuk yang ia alami saat proses evakuasi berlangsung.

“Saya tertahan gara-gara isi kolom batuk,” ujar Omed, panggilan akrabnya.

Humaidi mengaku sangat terpukul saat mengetahui ia tak bisa pulang bersama kawan-kawan lainnya yang dievakuasi pemerintah awal Februari lalu, “Saya pas itu lebih dari sedih. Mental saya itu ndumplang (jatuh), (rasanya seperti) mau nyebur ke sumur.”

Sehari-hari, Humaidi menghabiskan kegiatan di dalam asrama. Tinggal di Asrama yang kosong dan lengang membuat Humaidi mengaku kesepian. Nyaris seluruh penghuni asrama kampusnya telah meninggalkan Wuhan. Meski demikian, kontak dengan pihak kampus terjalin secara teratur.

Humaidi mendapatkan makan 3 kali sehari, termasuk pengecekan suhu rutin. Wabah Korona yang bermula di kota tempatnya menuntut ilmu tersebut membuat ia dan penghuni kota lainnya serba ekstra waspada, bahkan paranoid terhadap gejala sekecil apapun pada tubuh.

” ’Waduh nafasku kok ngga enak. Tanda-tanda ini, Korona ini, Korona ini!’ orang-orang jadi takut,” keluh Humaidi.

Kedutaan Besar Indonesia di Beijing menyebut terus memonitor kondisi para WNI yang masih berada di Wuhan. Duta Besar RI untuk China, Djauhari Oratmangun menyatakan dari 7 WNI, 3 diantaranya memang memilih untuk tidak ikut evakuasi. Meski terisolasi, KBRI mengaku rutin mengirimkan masker, vitamin dan kebutuhan lainnya kepada para WNI.

”Pemerintah setempat dan pihak kampus juga memperhatikan mereka. Pihak kampus juga atas komunikasi KBRI yang menjemput mereka dari airport saat mereka diinfokan (kurang sehat), karena pertimbangan kesehatan sesuai standar nasional dan WHO tidak bisa diberangkatkan,” ujar Djauhari melalui pesan singkat kepada VOA

Djauhari menekankan pentingnya menjaga semangat para WNI di Wuhan dalam kondisi seperti ini, “Mohon bantuan untuk juga ikut membangkitkan semangat mereka agar tetap positive thinking dan bertahan di situasi sulit ini. Itu yang mereka butuhkan saat ini.”

Dukungan dan semangat kepada para WNI yang masih berada di Wuhan mengalir deras. Sebuah akun bernama @Omedjiayou (red: ‘semangat Omed’ dalam Bahasa Mandarin) muncul di Instagram. Puluhan foto diunggah berisikan kumpulan dukungan semangat untuk Humaidi yang direpost dari akun-akun pribadi kawan dan warganet yang bersimpati.

Akun @nia_unaizah misalnya yang memberikan semangat kepada Humaidi melalui unggahan yang direpost akun @omedjiayou, "Mas, terimakasih banyak sudah merangkul kami semua. Terimakasih juga sudah bertahan sejauh ini, kami tau mas omet kuat sekali. Semoga Wuhan cepat membaik, dan semoga kita segera bertemu dipenuhi guyonanmu yg kami rindukan. Inget mas, kon gak dewean!"

Dukungan untuk Humaidi lewat akun instagram @omedjiayou
Dukungan untuk Humaidi lewat akun instagram @omedjiayou

Belum dapat dipastikan kapan WNI yang tersisa di Wuhan bisa dievakuasi. Menurut keterangan KBRI China, seluruh Provinsi Hubei masih dalam isolasi total, termasuk untuk akses keluar masuk.

Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto juga belum bisa memastikan waktu evakuasi, “Tergantung kebijakan China apakah mereka sudah boleh keluar Wuhan.”

Ia menambahkan tindakan pasca evakuasi yang akan diberikan kepada WNI di Wuhan ini juga belum bisa dipastikan apakah akan sama seperti 238 WNI sebelumnya yang dikarantina di Pulau Natuna awal Februari lalu. (rw/ft)

XS
SM
MD
LG