Tautan-tautan Akses

Cegah Perebakan Virus Corona: Iran Batalkan Salat Jumat, Italia Liburkan Sekolah


Ibadah umrah di Kaaba, Masjidil Haram di kota Mekah, Saudi Arabia diikuti oleh jamaah Muslim yang lebih kecil dari biasanya, Rabu (4/3), di tengah penerapan larangan umrah oleh pemerintah Saudi untuk mencegah perebakan wabah virus corona.
Ibadah umrah di Kaaba, Masjidil Haram di kota Mekah, Saudi Arabia diikuti oleh jamaah Muslim yang lebih kecil dari biasanya, Rabu (4/3), di tengah penerapan larangan umrah oleh pemerintah Saudi untuk mencegah perebakan wabah virus corona.

Arab Saudi melarang orang melakukan umroh di Mekah, Italia mempertimbangkan penutupan sekolah secara nasional dan Iran mengumumkan pembatalan salat Jumat untuk minggu kedua hari Rabu (4/3), ketika negara-negara di dunia berjuang mengendalikan wabah virus corona.

Mulai dari agama hingga olahraga, banyak negara kian mengambil langkah-langkah drastis dalam mengendalikan virus corona yang muncul pertama kali di China dan dengan cepat menyebar ke seluruh Eropa, Timur Tengah dan benua Amerika.

Di Amerika Serikat, frustrasi semakin bertambah karena kelambanan pejabat dan sejumlah kekeliruan dalam menguji orang terkait virus tersebut.

Profesor Luca De Gioia memberikan kuliah ilmu kimia di Bicocca University, Milan, Italia lewat online untuk mencegah perebakan wabah korona (3/3).
Profesor Luca De Gioia memberikan kuliah ilmu kimia di Bicocca University, Milan, Italia lewat online untuk mencegah perebakan wabah korona (3/3).

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) jumlah kematian melonjak di Iran, Italia, dan Korea Selatan dimana tercatat 80% penderita baru terjadi di luar China. Secara keseluruhan, lebih dari 94.000 orang terpapar virus corona di seluruh dunia, termasuk lebih dari 3.200 kematian.

“Orang takut dan tidak pasti. Rasa takut adalah respon manusia yang alami terhadap ancaman apa pun,” kata kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. “Tapi ketika kita mendapat data lebih banyak, pemahaman tentang virus itu dan penyakit yang ditimbulkannya semakin bertambah banyak.”

WHO menyatakan sekitar 3,4% orang yang terinfeksi COVID-19 secara global telah meninggal, sehingga virus itu lebih fatal daripada flu biasa. Angka tersebut agak mengejutkan, karena pekan lalu sebuah studi yang dilaporkan New England Journal of Medicine mengevaluasi data lebih dari 30 provinsi di China, dan memperkirakan tingkat kematian sebesar 1,4%.

Tingkat kematian terkait wabah itu cenderung lebih tinggi sejak awal karena pejabat kesehatan berfokus pada penderita yang parah dan fatal, sehingga kurang memperhatikan sebagian besar penderita yang lebih ringan. WHO menjelaskan kebanyakan orang yang terpapar virus corona hanya mengalami gejala ringan, namun beresiko mengalami peningkatan seiring usia pasien, dan juga apabila mereka punya kondisi kesehatan tertentu.

Daegu, kota yang menjadi pusat wabah di Korea Selatan, mengalami kekurangan ruang rumah sakit yang berarti sekitar 2.300 pasien dirawat di beberapa fasilitas lainnya sambil menunggu tempat tidur rumah sakit. Menghadiri pertemuan terkait strategi karantina di Daegu, Perdana Menteri Chung Se-Kyun berusaha meyakinkan rakyatnya, dengan mengatakan “Kami benar-benar dapat mengatasi situasi ini. ... Kami akan menang dalam perang melawan COVID-19.”

Korea Selatan melaporkan 435 infeksi baru, Rabu (4/3), jauh lebih kecil dibanding angka tertinggi 851, sehari sebelumnya. Sebanyak 5.621 warga di Korea Selatan tertular virus corona dan 32 orang meninggal.

Iran melaporkan 92 kematian di antara 2.922 penderita yang dikonfirmasi, jumlah terbanyak di antara negara mana pun di luar China. Di antara yang sakit termasuk pegawai pemerintah, dan negara Timur Tengah itu membatalkan salat Jumat untuk minggu kedua secara berturut-turut. [mg/ii]

XS
SM
MD
LG