Tautan-tautan Akses

CDC: Orang Dewasa Muda AS Lebih Kecil Kemungkinan Divaksinasi COVID-19 


Pearl Werner (13) divaksinasi COVID-19 di sebuah klinik Departemen Kesehatan Masyarakat Philadelphia di Philadelphia, Pennsylvania, 18 Mei 2021. (REUTERS/Hannah Beier)
Pearl Werner (13) divaksinasi COVID-19 di sebuah klinik Departemen Kesehatan Masyarakat Philadelphia di Philadelphia, Pennsylvania, 18 Mei 2021. (REUTERS/Hannah Beier)

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) telah mendapati bahwa kelompok orang dewasa muda Amerika lebih kecil kemungkinannya untuk divaksinasi COVID-19 daripada kelompok orang Amerika yang berusia lebih tua.

CDC, Senin (21/6) mengeluarkan laporan yang mengungkapkan hanya 38 persen orang dewasa berusia antara 18 dan 29 tahun yang menerima sedikitnya satu dosis vaksin itu hingga 22 Mei, dibandingkan dengan 80 persen orang dewasa yang berusia di atas 65 tahun.

Laporan itu juga mendapati bahwa persentase warga Amerika berusia 18-29 tahun yang divaksinasi antara 19 April, ketika semua orang dewasa di AS memenuhi syarat untuk menerima vaksin, dan 22 Mei, turun dari 3,6 persen per minggu menjadi 1,7 persen per minggu.

Seorang petugas kesehatan menyiapkan dosis vaksin Pfizer COVID-19 di klinik vaksinasi keliling Los Angeles County di Los Angeles, 14 Mei 2021. (AFP)
Seorang petugas kesehatan menyiapkan dosis vaksin Pfizer COVID-19 di klinik vaksinasi keliling Los Angeles County di Los Angeles, 14 Mei 2021. (AFP)

Dalam penelitian lain CDC, hampir setengah dari 2.726 orang berusia antara 18 dan 39 tahun mengatakan mereka tidak yakin akan divaksinasi atau tidak berencana untuk divaksinasi.

Sekitar 40 persen orang dewasa muda menyatakan mereka percaya orang lain yang lebih perlu divaksinasi dibandingkan dengan mereka, sedangkan mereka yang mempertimbangkan untuk divaksinasi menyatakan keinginan untuk memulai kembali aktivitas sosial rutin mereka atau mencegah orang lain terinfeksi.

Suasana sebuah jalan di pusat kota Havana, Kuba, di tengah meningkatnya kasus COVID-19, 15 Juni 2021. (REUTERS/Alexandre Meneghini)
Suasana sebuah jalan di pusat kota Havana, Kuba, di tengah meningkatnya kasus COVID-19, 15 Juni 2021. (REUTERS/Alexandre Meneghini)

Kuba, Senin (21/6) mengumumkan bahwa Abdala, vaksin COVID-19 yang terdiri dari tiga dosis, terbukti 92 persen ampuh dalam tahap akhir uji klinis pada manusia.

Negara pulau di Karibia itu baru saja mengumumkan bahwa vaksin lainnya, Soberana 2, yang diproduksi di dalam negeri, 62 persen efektif dengan hanya dua dari tiga dosisnya.

Kuba menghadapi wabah terburuk COVID-19 sejak dimulainya pandemi karena munculnya varian baru virus yang lebih mudah menular. Hingga Senin (21/6), pulau itu mencatat 169.365 kasus terkukuhkan dan 1.170 kematian akibat COVID-19.

Seorang perawat bersiap menyuntik vaksinasi seorang tenaga kesehatan dengan dosis kedua kandidat vaksin COVID-19 Kuba, Abdala, di Cienfuegos, Kuba, 30 Mei 2021. (Foto: Yamil LAGE / AFP)
Seorang perawat bersiap menyuntik vaksinasi seorang tenaga kesehatan dengan dosis kedua kandidat vaksin COVID-19 Kuba, Abdala, di Cienfuegos, Kuba, 30 Mei 2021. (Foto: Yamil LAGE / AFP)

Di Filipina, Presiden Rodrigo Duterte telah mengancam akan menangkap siapa pun yang menolak mendapat vaksinasi COVID-19.

“Ada krisis yang sedang dihadapi negara ini,” kata Duterte hari Senin dalam pidatonya yang ditayangkan televisi secara nasional. “Saya jengkel dengan warga Filipina yang tidak menggubris pemerintah.”

Negara ini mencatat lebih dari 1,3 juta kasus virus corona terkukuhkan dan 23.749 kematian akibat virus itu. Kampanye vaksinasi Filipina berlangsung lamban, dengan kurangnya vaksin dan laporan mengenai rendahnya orang yang datang ke pusat-pusat vaksinasi di ibu kota, Manila.

Petugas kesehatan berbicara dengan orang-orang yang akan divaksinasi COVID-19 Pfizer-BioNTech di Movistar Arena, Bogota, Kolombia, 16 Juni 2021. (REUTERS)
Petugas kesehatan berbicara dengan orang-orang yang akan divaksinasi COVID-19 Pfizer-BioNTech di Movistar Arena, Bogota, Kolombia, 16 Juni 2021. (REUTERS)

Jumlah kematian akibat COVID-19 di Kolombia telah melampaui 100 ribu pada hari Senin, sementara negara itu menghadapi lonjakan baru kasus yang memicu protes antipemerintah selama berpekan-pekan.

Negara di Amerika Selatan ini mencatat lebih dari 3,9 juta infeksi COVID-19, dengan rata-rata lebih dari 500 kematian per hari sejak musim semi lalu, kata para pejabat kesehatan pemerintah yang dikutip harian the Washington Post. Negara itu melaporkan rekor jumlah tertinggi dalam satu hari, 648 kematian, pada hari Senin.

Jumlah kasus virus corona di seluruh dunia kini melampaui 178,7 juta, yang mencakup lebih dari 3,8 juta kematian, kata Johns Hopkins Coronavirus Resource Center. AS memimpin di dunia dengan catatan 33,5 juta lebih kasus, termasuk 602.092 kematian. [uh/ka]

XS
SM
MD
LG