Tautan-tautan Akses

Cara Industri Buku Komik Bertahan di Tengah Pandemi


Seorang pelanggan memegang salinan Astonishing X-Men sambil mengantre untuk membeli buku komik di toko ritel buku komik di Manhattan, New York 20 Juni 2012. (Foto: Reuters/Adrees Latif)
Seorang pelanggan memegang salinan Astonishing X-Men sambil mengantre untuk membeli buku komik di toko ritel buku komik di Manhattan, New York 20 Juni 2012. (Foto: Reuters/Adrees Latif)

Pandemi Covid-19 telah mengubah Christina Blanch, pemilik toko komik, Aw Yeah Comics. Ia memilih menjadi pembawa acara TV malam.

Sembilan kali seminggu, Blanch menyiarkan streaming langsung dari toko komiknya yang ia tinggali di Muncie, Indiana, untuk menjual beberapa komik dan berinteraksi dengan pelanggan tetap.

Dia mengangkat cerita satu per satu, biasanya seharga $5 atau $10, dan mencatat alamat pembelinya. Ini cara untuk bertahan selama pandemi, tetapi juga menjaga semangat komunitas toko tetap hidup.

Acara ini memiliki rasa kehangatan, dan perasaan bahwa kita saling memiliki-satu-sama lain karena berkat dari Tuhan. Ia memberi judul acaranya itu: “Apa yang Kita Lakukan di Toko Komik”.

Krisis akibat pandemi, yang juga dirasakan oleh toko-toko eceran lainnya, merupakan ancaman khusus terhadap toko buku komik, sebagai sebuah lembaga yang ikut mempromosikan budaya populer. Dewasa ini, pemilik toko komik berusaha untuk tetap bertahan dalam era hiburan digital dan tidak menyerah kepada pemodal besar (perusahaan). [ps/pp]

XS
SM
MD
LG