Tautan-tautan Akses

Cara Diagnosa Baru Mungkinkan Lebih Banyak Pasien TBC Dapat Perawatan


Seorang pasien TBC mendapatkan perawatan cuma-cuma dalam sebuah klinik di Jakarta (foto: April 2011).
Seorang pasien TBC mendapatkan perawatan cuma-cuma dalam sebuah klinik di Jakarta (foto: April 2011).

Tim peneliti internasional mendapati cara-cara baru yang lebih praktis untuk mendiagnosa TBC, sehingga membantu merawat lebih banyak pasien.

Di berbagai negara di dunia dimana TBC menjadi ancaman utama, penyakit ini didiagnosa dengan adanya bakteri TBC pada dahak dengan bantuan mikroskop.

Dengan cara-cara yang berlaku saat ini, tiga contoh dahak dikumpulkan selama dua hari berturut-turut, yang pertama di klinik dan hari berikutnya di rumah dan yang ketiga, ketika pasien kembali ke klinik.

Tetapi banyak pasien yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan, sehingga sering mereka hanya datang ke klinik sekali saja, dan tidak datang lagi untuk pemeriksaan hari berikutnya.

Luis Cuevas, peneliti dari WHO dan Universitas Liverpool di Inggris serta rekannya menguji variasi cara-cara diagnosa itu dengan mengambil dua sampel di klinik dengan selang satu jam dan yang ketiga pada hari berikutnya. Ia mengatakan cara baru itu akan memberikan hasil yang sama. Terlepas cara mana yang dilakukan akan mendapatkan jumlah penderita yang sama.

Tidak hanya itu, hasil pemeriksaan dua contoh dahak yang pertama mampu mengidentifikasi kebanyakan pasien yang positif terjangkit TBC. Jadi jika kedua contoh dahak dikumpulkan pada hari pertama, besar kemungkinan akan mendapatkan diagnosa yang akurat.

Penelitian ini dilakukan di Eithopia, Nepal, Nigeria dan Yaman.

Cuevas mengatakan penting sekali memperbaiki proses diagnosa TBC. Ia mengatakan, “Yang sering kita lihat adalah bahwa sulitnya akses untuk mendiagnosa TBC menjadi penghalang untuk mengobatinya. Jadi, diagnosa yang cepat sangat penting untuk memudahkan pengobatan.”

Ada tes diagnosa TBC yang berteknologi tinggi tetapi ongkosnya 15 kali lebih mahal dari pemeriksaan dahak mikroskopis, sehingga di negara miskin, prosedur diagnosa yang lebih murah akan tetap dominan.

Luis Cuevas dan rekan-rekannya menjelaskan penelitian mereka dalam jurnal “Plos Medicine.”

XS
SM
MD
LG