Tautan-tautan Akses

Buruh Pabrik Mainan di China Hadapi Kondisi Kerja yang Keras, Upah Rendah


Rak berisi mainan-mainan dari China di sebuah toko mainan besar di Washington, DC. (Foto: Dok)
Rak berisi mainan-mainan dari China di sebuah toko mainan besar di Washington, DC. (Foto: Dok)

Para pekerja diminta menandatangani "perjanjian lembur sukarela," yang memungkinkan pabrik untuk melanggar undang-undang perburuhan dan peraturan dengan impunitas relatif.

"Dunia mainan adalah surga bagi anak-anak, tetapi mungkin penderitaan bagi para pekerja pabrik mainan."

Itulah catatan tim peneliti badan pemantau hak pekerja China Labor Watch (CLW) yang berkantor di New York, yang menyusun temuan dari laporan baru-baru ini yang menguraikan kondisi kerja di empat pabrik mainan di Provinsi Guangdong, China.

Dihadapkan pada jam kerja yang panjang dan upah bulanan yang kecil dari sekitar US$300 untuk 174 jam kerja, para buruh China, kata peneliti, merakit produk mainan terkenal seperti boneka Barbie, Thomas the Tank Engine, Hot Wheels, dan mainan lainnya untuk pabrik mainan Mattel, Hasbro, Disney, McDonald, Wal-Mart dan perusahaan-perusahaan Amerika lainnya, sering dalam kondisi kerja yang berbahaya dan tanpa pelatihan kerja.

"Kami mendapati, jam kerja rata-rata di empat pabrik ini 11 jam sehari, dengan lebih dari 50 jam lembur per bulan, dan pada setengah dari pabrik itu, jam lemburnya telah mencapai 100 jam, dan yang tertinggi di atas 130 jam," kata laporan itu, berdasarkan laporan peneliti yang menyamar bekerja di bagian perakitan di pabrik-pabrik "yang relatif dikelola dengan baik".

Menurut undang-undang tenaga kerja China, buruh tidak boleh bekerja lebih dari delapan jam sehari, meskipun jam dapat diperpanjang dalam keadaan tertentu bagi para pekerja yang sehat.

"Para pekerja bekerja selama 11 jam sehari, semua mendapat 40 sampai 60 menit istirahat makan siang," katanya. "Ini merupakan pelanggaran yang jelas dari hak pekerja untuk memiliki istirahat yang cukup."

Manajer mainan pabrik menjelaskan dalam laporan rutinnya, mereka meminta pekerja untuk menandatangani "perjanjian lembur sukarela," yang memungkinkan pabrik untuk melanggar undang-undang perburuhan dan peraturan dengan impunitas relatif.

Namun, sebagian besar pekerja meminta lembur, untuk menambah penghasilan dasar mereka.

"Upah yang ada terlalu rendah," kata Li Jintao, pekerja 27 tahun kepada VOA. "Gaji bulanan saya adalah 2.500 RMB ($360), tapi setelah dipotong untuk jaminan sosial, saya hanya menerima sedikit lebih dari 2.000 RMB ($292) per bulan." [ps/al]

XS
SM
MD
LG