Tautan-tautan Akses

Bono, Mantan Pendukung Suu Kyi: Suu Kyi Harus Mundur


Bono, vokalis band U2. (Foto: dok.)
Bono, vokalis band U2. (Foto: dok.)

Pentolan U2, Bono, pendukung utama pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi ketika masih tahanan rumah, menuntut Suu Kyi untuk mundur karena kampanye mematikan yang diusung Suu Kyi terhadap Muslim Rohingya.

Bono, yang memperjuangkan Suu Kyi pada tahun 2000 dalam lagu U2 "Walk On," meminta fansnya mengenakan topeng pemimpin oposisi ketika band tersebut memainkan lagu itu, mengatakan ia "mual" membayangkan pertumpahan darah dan krisis pengungsi.

"Sungguh saya merasa mual, saya takjub betapa banyak bukti-bukti yang mengarah ke kenyataan it, tapi ada pembersihan etnis," katanya dalam edisi terbaru majalah Rolling Stone.

"Pembersihan etnis benar-benar terjadi, dan dia harus mundur karena dia tahu hal itu terjadi," kata Bono.

Ketika terus ditanya mengenai pernyataannya oleh pendiri Rolling Stone, Jann Wenner, Bono mengatakan, "Dia harus, paling tidak, bicara lebih banyak. Dan kalau orang-orang tidak mau mendengarkan, dia harus mengundurkan diri."

PBB dan Amerika Serikat juga telah menggambarkan kampanye Myanmar terhadap etnis Rohingya, yang tidak punya negara dan sebagian besar Muslim, sebagai pembersihan etnis.

Doctors Without Borders menyebutkan sedikitnya 6.700 etnis Rohingya tewas pada bulan pertama ketika razia berlangsung di desa-desa sebagai balasan atas serangan para pemberontak. Sebanyak 655.000 etnis Rohingya telah melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh.

Suu Kyi, penerima penghargaan Nobel pada tahun 1991, menerima dukungan luas dari para selebriti karena dia dijadikan tahanan rumah oleh junta militer Myanmar selama dua dekade.

Kelompok-kelompok HAM awalnya gembira dengan transisi Myanmar ke arah demokrasi dan pengangkatan Suu Kyi tahun lalu sebagai pemimpin de facto Myanmar, namun mereka marah atas sikap diam Suu Kyi terkait kampanye anti-Rohingya.

Beberapa pakar yakin diamnya Suu Kyi terkait isu Rohingya adalah langkah yang dikalkulasi sedemikian rupa untuk tidak mengambil risiko politik, karena Rohingya sangat dibenci di Myanmar yang penduduknya mayoritas pemeluk Buddha, dan dia memang tidak menguasai militer.

Bono menduga alasan Suu Kyi: "Mungkin dia tidak mau Myanmar kembali jatuh di bawah kekuasaan militer. Tapi dia telah membiarkan Myanmar jatuh di bawah kekuasaan militer, kalau dilihat dari keadaan sekarang."

Awal bulan ini kota Dublin, kampung halaman Bono, mencabut penghargaan yang diberikan kepada Suu Kyi untuk memprotes bagaimana dia menangani kekerasan terhadap Rohingya. [dw]

XS
SM
MD
LG