Tautan-tautan Akses

Berbagai Cara Menembus Silicon Valley


Mohammad Ibrahim (ketiga dari kanan) dan beberapa pendiri perusahaan rintisan Palestina mengunjungi kantor AirBnB di San Francisco Bay Area (foto: Courtesy).
Mohammad Ibrahim (ketiga dari kanan) dan beberapa pendiri perusahaan rintisan Palestina mengunjungi kantor AirBnB di San Francisco Bay Area (foto: Courtesy).

Banyak profesional, pengusaha dan mahasiswa dari seluruh dunia datang ke Silicon Valley untuk mempelajari rahasia suksesnya. Bagaimana cara mengikuti jejak mereka?

Silicon Valley dan San Francisco Bay Area sejak lama dianggap sebagai pemimpin global dalam bidang teknologi dan inovasi. Banyak perusahaan teknologi raksasa berkantor di sini, sementara perusahaan rintisan terus bermunculan.

“Silicon Valley adalah mekah-nya teknologi. Disini, banyak konten yang kaya dan orang-orang hebat berkumpul di satu lokasi,” kata Mohammad Ibrahim, perwakilan AS dari sebuah organisasi Palestina bernama "Leaders".

Dia mengundang berbagai perusahaan rintisan dari Palestina untuk mengikuti program mentoring selama sebulan dengan para pakar di Silicon Valley.

“Kami membantu menyediakan sumber daya untuk mengajarkan tentang pertumbuhan, strategi pemasaran, penjualan, sampai pembangunan situs. Atau jika mereka perlu mengumpulkan modal, kami pertemukan mereka dengan investor,” imbuhnya.

Pelatihan semacam itu juga ditawarkan oleh Google lewat program Launchpad Accelerator. Program itu terbuka bagi perusahaan rintisan yang memenuhi kualifikasi dari berbagai negara berkembang di Amerika Latin dan Asia, termasuk Indonesia. Peserta terpilih mendapatkan suntikan dana sebesar 50.000 dolar dan pelatihan selama dua minggu, ujar Roy Glasberg, kepala program Launchpad Accelerator ketika ditemui VOA di Mountain View.

“Kami membawa mentor-mentor terbaik di Silicon Valley dan mencoba memasangkannya dengan perusahaan rintisan yang menghadapi tantangan yang sama. Misalnya, ada perusahaan rintisan dari India yang menghadapi tantangan yang sama dengan Airbnb. Karena itu kami meminta Airbnb untuk membantu mereka. Dengan begitu kami memperoleh manfaat yang mungkin sulit untuk didapat di lokasi lain,” tutur Roy Glasberg.

Beberapa perusahaan rintisan Indonesia mengadakan konferensi pers di Jakarta bulan Agustus 2016 setelah mengikuti program Google Launchpad Accelerator di Silicon Valley. (foto: Courtesy).
Beberapa perusahaan rintisan Indonesia mengadakan konferensi pers di Jakarta bulan Agustus 2016 setelah mengikuti program Google Launchpad Accelerator di Silicon Valley. (foto: Courtesy).

Google mengatakan akan melibatkan lebih banyak negara di masa depan. Tapi bagi mereka yang masih kuliah dan belum memiliki usaha, ada cara lain untuk menembus Silicon Valley.

Banyak perusahaan teknologi seperti Mozilla menawarkan peluang magang dibayar selama tiga bulan pada musim panas. Nichole Gibson, perekrut mahasiswa magang di Mozilla, mengatakan kepada VOA setiap tahun mereka mencari berbagai bakat dari seluruh dunia.

“Di Mozilla, kami mencari yang terbaik dan terpandai, tapi kami juga memusatkan perhatian pada keragaman. Karena kami adalah perusahaan internasional, kami bisa mempekerjakan mahasiswa dari seluruh dunia, baik dalam bidang teknis maupun non-teknis, jadi posisi yang ditawarkan sangat luas,” ujar Nichole.

Sebagian besar pekerja magang di perusahaan teknologi besar di Silicon Valley digaji lebih dari 5.000 dolar sebulan, mendapatkan berbagai fasilitas dan tentunya pengalaman berharga. [vm/jm]

XS
SM
MD
LG