Tautan-tautan Akses

Bentrokan Kembali Meletus di Suriah Meski Berlangsung Gencatan Senjata


Mobil-mobil dan bangunan-bangunan yang hancur terlihat di kota Douma, Ghouta Timur, Damaskus, Suriah yang terkepung, 25 Februari 2018.
Mobil-mobil dan bangunan-bangunan yang hancur terlihat di kota Douma, Ghouta Timur, Damaskus, Suriah yang terkepung, 25 Februari 2018.

Bentrokan baru meletus pada hari Minggu (25/2) di daerah yang dikuasai oleh pemberontak Suriah di Ghouta Timur. Serangan udara terbaru telah meningkat, meskipun telah sebuah resolusi PBB disahkan pada akhir pekan yang baru berlalu, yang meminta gencatan senjata 30 hari.

Para korban terus berjatuhan, dan korban terakhir dari pertumpahan darah di Suriah itu adalah seorang anak yang berhasil ditarik dari puing-puing bangunan yang runtuh, dan dilarikan ke rumah sakit.

Pada hari Minggu (25/2), serangan udara berlanjut di wilayah yang dikuasai oleh pemberontak di Ghouta Timur, dekat ibu kota negara itu, Damaskus.

Pemboman terbaru itu terjadi setelah pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB yang mendukung gencatan senjata selama 30 hari. Tidak lama setelah resolusi tersebut disahkan, Duta Besar Amerika untuk PBB Nikki Haley menuding Rusia, menyalahkan duta besar Rusia atas tertundanya pemungutan suara itu.

Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley (tengah) berbindang dengan anggota Dewan Keamanan di luar ruangan sidang sebelum berlangsungnya pemungutan suara untuk resolusi yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan selama 30 hari di Suriah, 24 Februari 2018.
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley (tengah) berbindang dengan anggota Dewan Keamanan di luar ruangan sidang sebelum berlangsungnya pemungutan suara untuk resolusi yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan selama 30 hari di Suriah, 24 Februari 2018.

"Setiap menit Dewan ini menunggu Rusia, penderitaan manusia di Suriah bertambah, dan setelah menunggu sekian lama, hampir tidak ada perubahan dalam resolusi kecuali sejumlah kata dan beberapa koma. Rakyat Suriah mestinya tidak harus mati karena menunggu Rusia mengatur instruksi dari Moskow, atau membicarakannya terlebih dulu dengan rezim Suriah,” jelas Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley. Rusia, sekutu kunci Presiden Suriah Bashar al-Assad, membalas kecaman Amerika tentang penundaan itu.

“Tujuan perang melawan teroris tidak boleh menjadi alasan untuk menutupi penggunaan agenda geopolitik dengan legitimasi yang meragukan, dan inilah yang dilakukan oleh Amerika saat ini di Suriah,” kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya.

Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Vasily Nebenja, berbicara dalam pertemuan Dewan Keamanan di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York. (Foto: dok).
Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Vasily Nebenja, berbicara dalam pertemuan Dewan Keamanan di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York. (Foto: dok).

Laporan-laporan awal dari sebuah kelompok bantuan yang berbasis di Inggris memperkirakan bahwa jumlah korban tewas telah melampaui 500 sejak pemboman dimulai pekan lalu.

Lebih dari dua ribu kilometer dari Suriah, Paus Fransiskus di Roma, Italia, mendesak diakhirinya kekerasan untuk memungkinkan rakyat Suriah mendapat makanan dan obat-obatan.Di Damaskus, penduduk setempat menyatakan skeptis bahwa gencatan senjata terbaru itu akan berdampak nyata dalam pertempuran antara pemberontak dan pasukan pemerintah.

Baca juga: PBB Desak Gencatan Senjata 30 Hari di Suriah

“Kami ingin negara ini mendapat bantuan, entah itu di Ghouta, Aleppo, Hama, daerah-daerah pinggiran kota Latakia, Daraa atau Quneitra. Saya ingin semua wilayah Suriah mendapat bantuan,” kata Louai Sakour, penduduk Damaskus.

Keinginan Louai Sakour itu, yakni sebuah solusi di Suriah, tampaknya masih jauh dari jangkauan. [lt/gp]

XS
SM
MD
LG