Tautan-tautan Akses

Belarus Izinkan Polisi Gunakan Senjata Api Terhadap Pedemo


Para pengunjuk rasa, yang kebanyakan perempuan lansia, beradu mulut dengan para polisi berbaju preman dalam demo menentang hasil pilpres di Minsk, Belarus, 12 Oktober 2020.
Para pengunjuk rasa, yang kebanyakan perempuan lansia, beradu mulut dengan para polisi berbaju preman dalam demo menentang hasil pilpres di Minsk, Belarus, 12 Oktober 2020.

Pemerintah Belarus mengatakan polisi kini diizinkan menggunakan senjata api terhadap pengunjuk rasa "jika diperlukan" sementara demonstrasi yang menuntut pengunduran diri Presiden Alexander Lukashenko, Senin (12/10), berlanjut.

Kementerian Dalam Negeri dalam sebuah pernyataan pada Senin (12/10) mengatakan demonstrasi "menjadi terorganisir dan sangat radikal."

"Berkaitan dengan hal ini, pegawai Kementerian Dalam Negeri dan tentara tidak akan meninggalkan jalan-jalan dan, jika perlu, akan menggunakan peralatan khusus dan senjata militer," katanya.

Kementerian itu, Senin (12/10) juga mengumumkan lebih dari 700 orang ditahan dalam demonstrasi sehari sebelumnya.

Pernyataan tersebut mengatakan dari 700 yang ditahan pada Minggu (11/10), 570 di antaranya masih ditahan menunggu sidang pengadilan.

Lebih dari 2.000 orang yang kebanyakan lansia, Senin (12/10), ikut dalam "pawai para pensiunan" menentang pemerintah di ibu kota, Minsk. Mereka meneriakkan "pergi" dan sebagian melambai-lambaikan bendera yang melambangkan oposisi.

Video dari demonstrasi menunjukkan polisi membalas dengan tembakan peringatan dan gas air mata.

Demonstrasi-demonstrasi besar terjadi setiap akhir pekan sejak Lukashenko mengklaim kemenangan dalam pemilihan 9 Agustus yang disengketakan. Para demonstran menuntut pengunduran dirinya serta pembebasan tahanan politik.

Senin (12/10) pagi, para menteri luar negeri Uni Eropa setuju untuk menjatuhkan sanksi terhadap Lukashenko serta pejabat senior lainnya. [my/pp]

Recommended

XS
SM
MD
LG