Tautan-tautan Akses

Beberapa Anggota Faksi Republik Usik Rapat Tertutup DPR Terkait Ukraina


Anggota DPR AS dari Faksi Republik, Whip Steve Scalise (kiri) bersama beberapa politisi dari Faksi Republik berbicara dengan awak media di luar ruangan rapat tertutup yang membahas pemakzulan Presiden Donald Trump di Capitol Hill, Washington, AS, 23 Oktober 2019.
Anggota DPR AS dari Faksi Republik, Whip Steve Scalise (kiri) bersama beberapa politisi dari Faksi Republik berbicara dengan awak media di luar ruangan rapat tertutup yang membahas pemakzulan Presiden Donald Trump di Capitol Hill, Washington, AS, 23 Oktober 2019.

Beberapa komite di DPR yang melakukan penyelidikan pemakzulan Presiden Donald Trump dijadwalkan mendengar lebih banyak kesaksian dari sejumlah pejabat tinggi dalam sidang tertutup dalam sidang tertutup pada Rabu (23/10). Tapi dengar pendapat itu terusik dengan kehadiran sekelompok anggota faksi Republik yang mengeluhkan proses itu.

Salah satu pejabat yang dipanggil ke Capitol Hill adalah Laura Cooper, yang menjabat sebagai wakil pembantu Menteri Pertahanan untuk Rusia, Ukraina dan Eurasia. Copper dipanggil dalam kapasitasnya sebagai pejabat Pentagon yang mengawasi kebijakan tentang Ukraina. Ia diharapkan dapat memberikan informasi tentang bantuan militer senilai AS$250 juta bagi Ukraina yang telah ditahan Gedung Putih, meskipun Pentagon berkeras bantuan itu akan dikirim ke Ukraina.

Tetapi ketika Cooper mulai memberi kesaksian, sekitar 24 anggota faksi Republik berkumpul di luar ruangan, mengeluhkan apa yang terjadi di ruang tertutup itu.

Salah seorang pemimpin mereka, anggota Kongres dari negara bagian Louisiana Steve Scalise. mengatakan Ketua Komite Intelijen DPR Adam Schiff telah menyalahgunakan kekuasaannya.

“Apa yang ingin disembunyikan Adam Schiff? Saya kira ini adalah pertanyaan dari banyak orang, begitu banyak mitra saya di sini, begitu banyak orang di pers,” kata Scalise, sambil menambahkan rapat tertutup itu adalah upaya Adam Schiff memakzulkan seorang Presiden Amerika.

“..benar-benar berupaya mengubah hasil pemilu 2016 setahun sebelum rakyat Amerika kembali memberikan suara di TPS untuk memutuskan siapa yang akan menjadi presiden selanjutnya,” tambah Scalise.

Dua puluh empat anggota faksi Republik itu memasuki ruang dengar pendapat yang dijaga itu. Schiff dan Cooper dilaporkan meninggalkan ruangan tersebut.

Anggota faksi Demokrat Val Demings mengatakan tindakan anggota-anggota faksi Republik itu sekadar aksi karena mereka berada dalam tekanan. Namun, Demings mengingatkan bahwa penyelidikan itu dilakukan oleh Komite Intelijen DPR yang anggotanya juga dari faksi Republik dan ikut mendengarkan kesaksian.

“Mereka tentu saja diizinkan menanyakan hal apapun yang diinginkan. Mereka memiliki akses atas transkrip dan informasi yang ada. Jadi saya tidak begitu yakin dengan aksi itu. Saya kira ketika Anda putus asa, Anda mengeluhkan proses yang terjadi dan itulah yang mereka lakukan,” ujarnya.

Adam Schiff, Ketua Komite Intelijen DPR yang memimpin penyelidikan pemakzulan itu mengatakan komitenya bertindak sebagai Juri Agung (Grand Jury) dan para saksi memberikan kesaksian di bawah sumpah. Kesaksian publik, ujarnya, akan memungkinkan saksi yang datang menyesuaikan atau mengkoordinasikan kesaksian mereka.

Kesaksian Cooper ini hanya berselang sehari setelah kesaksian Pejabat Duta Besar Amerika Untuk Ukraina William B. Taylor. Dalam kesaksiannya, Taylor mengaku ia diminta Gedung Putih untuk hanya meloloskan bantuan bagi Ukraina jika negara itu berjanji untuk menyelidiki kandidat calon presiden Partai Demokrat Joe Biden dan putranya, Hunter. Hal ini merupakan isu utama dalam penyelidikan pemakzulan tersebut. [em/pp]

XS
SM
MD
LG