Presiden Suriah Bashar al-Assad telah dilantik, yang menandai awal dari tujuh tahun masa jabatannya yang ketiga sebagai presiden.
Televisi nasional Suriah menayangkan siaran upacara langsung dari istana presiden di Damaskus di mana Assad mengambil sumpah jabatan, Rabu (16/7).
Assad terlihat meletakkan tangannya di kitab suci Islam, Al-Quran, dan berjanji untuk menghormati konstitusi negara di depan anggota parlemen dan ulama Muslim dan pendeta Kristen.
Assad terpilih kembali bulan lalu dengan kemenangan telak di tengah perang saudara dalam pemungutan suara yang dianggap sebagai sandiwara oleh oposisi dan sekutu Baratnya.
Ia memenangkan 88,7 persen suara dalam pemilu yang pertama dengan banyak calon dalam beberapa dekade. Pemungutan suara tidak dilaksanakan di daerah-daerah yang dilanda pertempuran.
Berbicara pada acara pelantikan itu, Assad memperingatkan bahwa negara-negara Barat dan Arab yang mendukung apa yang disebutnya teroris akan membayar mahal karena dukungan mereka. Ia mengucapkan selamat kepada rakyat Suriah atas kemenangan mereka, dengan mengatakan kepada kerumunan bahwa pihak-pihak lain menginginkan kemenangan itu sebagai revolusi, namun para pendukungnyalah yang merupakan revolusionis sebenarnya.
Pemerintah Suriah secara rutin merujuk para pemberontak yang menentang Assad sebagai teroris.
Negara-negara Barat dan Arab telah menyumbangkan dana dan peralatan untuk membantu para pejuang oposisi selam perang saudara yang telah berlangsung tiga setengah tahun, namun belakangan ini, pasukan Assad telah melangkah maju di beberapa garis depan sewaktu menghadapi para pemberontak yang miskin peralatan dan mengalami perpecahan.