Tautan-tautan Akses

Bank Sentral Eropa akan Beli Obligasi Negara-negara Eropa Bermasalah


Kepala Bank Sentral Eropa, Mario Draghi, mengeluarkan pengumuman yang akan segera mengurangi tekanan keuangan pada negara-negara yang bermasalah di benua itu, menurunkan tingkat suku bunga sebagian utang mereka (foto: dok).
Kepala Bank Sentral Eropa, Mario Draghi, mengeluarkan pengumuman yang akan segera mengurangi tekanan keuangan pada negara-negara yang bermasalah di benua itu, menurunkan tingkat suku bunga sebagian utang mereka (foto: dok).

Bank Sentral Eropa mengumumkan akan membeli obligasi yang dikeluarkan Yunani, Italia, Spanyol, dan negara-negara Eropa lain yang sedang dilanda krisis utang.

Kepala Bank Sentral Eropa, Mario Draghi, mengumumkan, bank sentral itu akan membeli obligasi yang dikeluarkan Yunani, Italia, Spanyol, dan negara-negara Eropa lain yang bermasalah. Kebijakan itu dirancang untuk memastikan tingkat suku bunga yang harus dibayar negara-negara itu wajar. Para investor swasta menuntut tingkat suku bunga sangat tinggi untuk membeli obligasi itu, dan menyediakan dana tunai bagi negara-negara itu untuk membayar tagihan mereka saat ini.

Itu adalah tindakan yang ditampik dilakukan oleh Bank Sentral Eropa sejak lama, namun ekonom utama pada Capital Economics di London, Jennifer McKeown, mengatakan tindakan itu saja tidak cukup.

“Itu adalah tindakan yang relatif hebat dibandingkan dengan sikap sebelumnya yang hampir tidak melakukan apa-apa sama sekali. Tetapi, menurut saya, isu mendasar negara-negara ini, terutama adalah kurangnya daya saing dan kenyataan bahwa tingkat utang mereka masih sangat tinggi,” paparnya.

Capital Economics masih memperkirakan, Yunani akan harus meninggalkan zona euro tahun ini, dan negara-negara lain mungkin akan mengikuti tahun depan.

Kelemahan ekonomi yang mendasari negara-negara yang masalah itu dipersulit saat ini oleh pengetatan anggaran yang diberlakukan oleh mitra-mitra Eropa mereka sebagai persyaratan utang baru. McKeown mengatakan negara-negara yang kuat, khususnya Jerman, khawatir bahwa dengan berkurangnya tekanan itu, keputusan Bank Sentral Eropa membuka pintu bagi para peminjam untuk melanggar perjanjian pengetatan anggaran.

Juga terdapat kekhawatiran mengenai sedikitnya dua faktor, apakah negara pengutang bisa tetap menjalankan pengetatan anggaran dalam menghadapi resesi panjang dan parah yang mengakibatkan kemarahan rakyat, dan apakah jika mereka mengikuti aturan-aturan itu mereka bisa mengubah ekonomi mereka dalam kerangka waktu tertentu, dalam 10 tahun.

Cara apapun, menurut para pakar, ada banyak kesulitan yang dihadapi negara-negara yang bermasalah itu dalam bentuk resesi, berkurangnya upah dan tunjangan, serta tingginya pengangguran. Ekonom utama pada Pusat Reformasi Eropa, Simon Tilford, mengatakan apabila negara-negara yang lebih kuat tidak mau berbagi kesulitan itu, negara-negara yang bermasalah itu bisa memaksa mereka dengan menarik diri dari zona euro dan tidak membayar sebagian besar utang mereka.

Recommended

XS
SM
MD
LG