Tautan-tautan Akses

Bank Dunia: 150 Juta Orang di Dunia Jatuh Miskin Akibat Covid-19


Potret kemiskinan yang ekstrem di kamp pengungsian Irak, 28 Februari 2018 di Haj Ali, Irak, sebagai ilustrasi. (Foto: VOA/Murdock)
Potret kemiskinan yang ekstrem di kamp pengungsian Irak, 28 Februari 2018 di Haj Ali, Irak, sebagai ilustrasi. (Foto: VOA/Murdock)

Bank Dunia, Rabu (7/10), memprediksi kondisi perekonomian yang suram sebagai imbas dari pandemi virus corona. Badan tersebut memperkirakan hingga 150 juta orang bisa tergelincir ke dalam jurang kemiskinan yang ekstrem, hidup dengan kurang dari $ 1,90 (Rp 28 ribu) per hari, pada akhir tahun depan. Namun, kondisi tersebut amat tergantung pada kondisi perekonomian suatu negara selama pandemi Covid-19.

Associated Press melaporkan, negara-negara berpenghasilan menengah diprediksi akan memiliki 82 persen kelompok miskin ekstrem baru, termasuk India, Nigeria dan Indonesia.

Bank Dunia memperkirakan sebagian besar orang miskin ekstrem baru yang jumlahnya lebih dari 110 juta akan berada di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara.

Warga India yang tunawisma dan miskin menerima makanan di penampungan pemerintah di New Delhi, India, Kamis, 26 Maret 2020. (Foto: AP)
Warga India yang tunawisma dan miskin menerima makanan di penampungan pemerintah di New Delhi, India, Kamis, 26 Maret 2020. (Foto: AP)

“Pandemi tiba-tiba menghentikan kemajuan bertahun-tahun dalam melawan kemiskinan ekstrem di dunia, yang diperkirakan akan meningkat tahun ini untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua dekade. Ini juga mengancam untuk memperburuk ketidaksetaraan global dan mempersulit negara-negara untuk kembali ke pertumbuhan inklusif,” kata Presiden Bank Dunia David Malpass.

Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan turun 5,2 persen tahun ini, lebih rendah dari delapan dekade terakhir.

Hampir seperempat dari populasi dunia hidup dengan penghasilan di bawah $ 3,20 per hari, dan angka pengangguran meningkat. Satu keluarga hanya dapat makan dengan jumlah yang lebih sedikit. Banyak anak sekolah, yang merupakan separuh dari penduduk miskin di dunia, juga mengalami ketinggalan dalam pembelajaran jarak jauh.

“Banyak dari kaum miskin baru kemungkinan besar akan terlibat dalam layanan informal, konstruksi dan manufaktur -sektor di mana aktivitas ekonomi paling terpengaruh oleh lockdown dan pembatasan mobilitas lainnya,” kata laporan itu.

Pemulihan kondisi tersebut, kata para pakar, bisa memakan waktu selama satu dekade, suatu pukulan yang menghancurkan bagi orang-orang yang telah melepaskan diri dari kemiskinan.

Kira-kira sepertiga dari kaum miskin ekstrem baru diperkirakan berada di sub-Sahara Afrika, dengan jumlah antara 26 juta dan 40 juta. Sedangkan Asia Selatan adalah daerah yang akan memunculkan kaum miskin ekstrem baru terbesar dengan jumlah antara 49 juta hingga 57 juta.

Bank Dunia memperkirakan antara 88 juta hingga 115 juta orang bisa tergelincir ke dalam jurang kemiskinan yang ekstrem pada tahun ini, dengan penambahan 23 juta hingga 35 juta orang lagi pada 2021.

Laporan itu juga menyebutkan, perubahan iklim juga dapat mendorong 100 juta orang lagi ke dalam jurang kemiskinan pada tahun 2030. Afrika sub-Sahara akan melihat beberapa “dampak paling merusak” dari pemanasan global. [ah/au]

Recommended

XS
SM
MD
LG