Tautan-tautan Akses

Bahan Kimia Beracun Sebabkan Pandemik Gangguan Otak pada Anak


Para pekerja memeriksa daerah di luar dinding sekitar tangki penyimpanan yang membocorkan bahan kimia ke Sungai Elk di fasilitas penyimpanan Freedom Industries di Charleston, West Virginia.
Para pekerja memeriksa daerah di luar dinding sekitar tangki penyimpanan yang membocorkan bahan kimia ke Sungai Elk di fasilitas penyimpanan Freedom Industries di Charleston, West Virginia.

Para ilmuwan mengatakan paparan terhadap bahan kimia neurotoksin adalah masalah serius yang sudah mencapai tingkat pandemik.

Para ahli menyerukan strategi yang bertarget untuk membatasi penggunaan bahan kimia industri yang beracun, yang menurut mereka menyebabkan "pandemik diam-diam" dari gangguan otak pada anak-anak di seluruh dunia.

Para ahli mendesak dilakukannya aksi karena semakin banyak bahan kimia yang disebut neurotoksin itu dapat diidentifikasi namun sebagian besar tidak diregulasi.

Kenaikan jumlah gangguan otak anak, termasuk ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), disleksia, cerebral palsy dan autisme, kemungkinan merupakan akibat dari peningkatan penggunaan bahan kimia beracun yang tidak diregulasi di seluruh dunia.

Pada tujuh tahun terakhir, para peneliti telah mengidentifikasi enam bahan kimia baru yang terbukti dapat merusak otak janin manusia yang sedang berkembang dan anak-anak. Penemuan tersebut menjadikan ada 12 neurotoksin yang sudah dikonfirmasi. Para ahli memperkirakan satu dari enam anak di dunia menderita gangguan perkembangan syaraf.

Dokter anak Philip Landrigan, ketua dari Departemen Pengobatan Preventif di Fakultas Kedokteran Mount Sinai di New York, mengatakan paparan terhadap bahan kimia neurotoksin adalah masalah serius yang sudah mencapai tingkat pandemik.

"Cedera otak manusia secara dini mengarah pada masalah-masalah seperti kehilangan IQ, berkurangnya kemampuan fokus, dan masalah perilaku. Dan efek-efek ini cenderung permanen," ujarnya.

Berbekal literatur ilmiah dan ratusan penelitian, Landrigan, bersama dengan Phillipe Grandjean dari University of Southern Denmark, menemukan jumlah bahan-bahan kimia yang diduga menyebabkan masalah-masalah perkembangan syaraf pada anak-anak juga telah meningkat, dari 202 menjadi 214. Mereka mengatakan ada sekitar 80.000 bahan kimia industri digunakan secara luas yang tidak pernah diuji keselamatannya.

Bahan-bahan beracun itu termasuk bahan anti api yang digunakan untuk kasur, tirai, karpet, pakaian dan mainan, serta pencair pada larutan pembersih.

Para peneliti mendesak negara-negara untuk mengesahkan aturan keras yang mewajibkan para perusahaan untuk menguji bahan-bahan kimia sebelum dipasarkan, seperti yang dipersyaratkan untuk semua obat.

Landrigan mengatakan Uni Eropa memiliki aturan yang ketat untuk mengontrol bahan kimia, dan banyak produk, seperti kosmetik yang mengandung bahan kimia berbahaya yang dilarang di Eropa, dilempar ke negara-negara yang aturannya longgar.

Philip Landrigan dan Phillipe Grandjean menerbitkan laporan mereka tentang neurotoksin dalam jurnal The Lancet Neurology.
XS
SM
MD
LG