Tautan-tautan Akses

Badak Sumatera Mati di Kebun Binatang Ohio


Suci, badak Sumatera betina yang dipelihara oleh Kebun Binatang Cincinnati Zoo di Ohio. (AP/Al Behrman)
Suci, badak Sumatera betina yang dipelihara oleh Kebun Binatang Cincinnati Zoo di Ohio. (AP/Al Behrman)

Badak bernama Suci itu adalah salah satu dari hanya 10 badak yang dipelihara di dunia dan mati karena penyakit yang sama dengan induknya.

Kematian badak Sumatera betina satu-satunya di Kebun Binatang Cincinnati, Ohio di Amerika Serikat, memberi pukulan pada program pengembangbiakan yang bertujuan menyelamatkan salah satu spesies paling terancam keberadaannya di dunia.

Badak bernama Suci itu adalah salah satu dari hanya 10 badak yang dipelihara di dunia dan mati Minggu (30/3) setelah memperlihatkan gejala penyakit sama yang menewaskan induknya, meski pejabat kebun binatang mengatakan baru beberapa bulan lagi hasil akhir otopsi diketahui.

Upaya pengembangbiakan kebun binatang tersebut untuk mengawinkan Suci dengan saudara kandungnya menyusul pertemuan di Singapura, dimana para ahli konservasi menyimpulkan bahwa hanya ada 100 badak berambut dan bercula dua yang masih ada di hutan habitat asli mereka di Indonesia dan Malaysia. Spesies tersebut terancam karena penebangan hutan dan perburuan cula badak, yang diyakini oleh sebagian budaya Asia memiliki khasiat medis.

Suci lahir pada 2004 dan merupakan salah satu dari tiga anak badak Sumatera yang lahir di kebun binatang tersebut, dari induk Erni dan pejantan Ipuh. Erni mati pada 2009 dan Ipuh pada 2013.

Petugas kebun binatang berencana mengawinkan Suci dengan adiknya, Harapan, yang kini merupakan satu-satunya badak Sumatera yang ada di Amerika Utara. Andalas, badak jantan lain yang lahir di kebun binatang itu, dikirim ke Sumatera pada 2007 untuk meningkatkan program pengembangbiakan di sana dan telah menghasilkan bayi jantan dengan badak betina yang lahir di hutan.

Staf Kebun Binatang Cincinnati harus menunggu Harapan mencapai usia akil baligh, namun Suci mulai turun berat badannya beberapa bulan lalu dan para staf mulai merawatnya untuk hemokromatosis, atau dikenal sebagai penyakit penyimpanan zat besi.

Namun keadaannya terus memburuk meski telah dilakukan terapi, dan ia mati pada Minggu. (AP)
XS
SM
MD
LG