Tautan-tautan Akses

ASEAN Sangat Prihatin dengan Meningkatnya Kekerasan di Myanmar


FILE - Tentara Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) bersiap untuk berpatroli di Myawaddy, kota perbatasan Thailand-Myanmar di bawah kendali koalisi pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Persatuan Nasional Karen, di Myanmar, 15 April 2024. (REUTERS/Athit Perawongmetha)
FILE - Tentara Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) bersiap untuk berpatroli di Myawaddy, kota perbatasan Thailand-Myanmar di bawah kendali koalisi pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Persatuan Nasional Karen, di Myanmar, 15 April 2024. (REUTERS/Athit Perawongmetha)

Blok regional ASEAN mengatakan “sangat prihatin” atas meningkatnya pertempuran baru-baru ini di Myanmar, menyusul bentrokan sengit terkait pusat perdagangan utama di perbatasan Thailand.

Para menteri luar negeri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara mendesak “semua pihak untuk segera menghentikan kekerasan” di Myanmar, yang dilanda konflik sejak militer merebut kekuasaan melalui kudeta pada Februari 2021.

Pernyataan para menteri yang dikeluarkan Kamis malam (18/4) mengatakan 10 anggota ASEAN “sangat prihatin atas meningkatnya konflik baru-baru ini, termasuk di wilayah Myawaddy”.

Pekan lalu, militer Myanmar terpaksa menarik pasukannya dari pusat perdagangan yang berharga tersebut setelah berhari-hari bertempur dengan Persatuan Nasional Karen (KNU) – kelompok bersenjata etnis minoritas yang sudah lama berdiri – dan kelompok-kelompok anti-junta lainnya.

Ini adalah pukulan terbaru yang dialami junta, yang telah menderita serangkaian kekalahan di medan perang dalam beberapa bulan terakhir, dan beberapa analis memperingatkan bahwa ini adalah ancaman paling signifikan hingga saat ini.

Myawaddy berperan penting bagi junta yang kekurangan dana. Nilai perdagangan lebih dari $1,1 miliar melewati wilayah itu dalam 12 bulan terakhir hingga April.

Bentrokan tersebut mendorong orang-orang untuk melarikan diri melintasi perbatasan menuju Thailand, tempat di mana suara tembakan dan ledakan serangan artileri terdengar.

Sejak itu, tidak ada bentrokan besar di kota tersebut meskipun pertempuran terus terjadi di sekitar kota Kawkareik, sekitar 30 kilometer dari barat daya Myawaddy.

Junta sangat ingin menghindari kehilangan kota besar lainnya, kata para analis, menyusul penyerahan diri yang memalukan sekitar 2.000 tentara di kota Laukkai di perbatasan utara China pada bulan Januari.

Beberapa wilayah di negara yang sebelumnya damai kini terlibat dalam bentrokan tersebut, namun para analis mengatakan situasi saat ini tidak dapat diartikan bahwa junta berada dalam bahaya serius.

“Dalam skema yang lebih besar, rezim jelas kehilangan kendali atas banyak wilayah di pinggiran,” kata analis independen Myanmar David Mathieson kepada AFP tentang bentrokan Myawaddy.

Namun, “perjalanan masih panjang untuk menjatuhkan SAC,” katanya, menggunakan nama resmi junta. [ab/lt]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG