Tautan-tautan Akses

AS Tuduh Pemerintah Afghanistan Korup, Pangkas $160 Juta Bantuan


Menlu AS Mike Pompeo (kiri) dalam konferensi pers bersama Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Kabul, 9 Juli 2019 lalu (foto: dok).
Menlu AS Mike Pompeo (kiri) dalam konferensi pers bersama Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Kabul, 9 Juli 2019 lalu (foto: dok).

Amerika hari Kamis (19/9) menuduh pemerintah Afghanistan gagal memberantas korupsi, dan memangkas lebih dari 160 juta dollar bantuan langsung, satu minggu sebelum pemilihan Presiden di negara itu.

Walaupun Amerika telah lama mengeluh tentang korupsi yang terdapat dalam pemerintahan sekutunya itu, pemangkasan bantuan itu terjadi setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani bentrok dengan Presiden Trump soal perundingan damai antara Amerika dan Taliban.

“Kami menentang orang-orang yang memanfaatkan posisi dan pengaruhnya supaya rakyat Afghanistan tidak bisa merasakan keuntungan bantuan luar negeri demi masa depan yang lebih makmur,” kata Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan.

Pompeo mengatakan Amerika telah menghentikan kerjasama dengan badan Afghanistan yang ditugaskan memantau korupsi, karena “badan itu terbukti tidak sanggup menjadi mitra yang baik.”

“Kami berharap pemerintah Afghanistan menunjukkan komitmennya yang jelas untuk melawan korupsi, untuk melayani rakyat dan mendapatkan kepercayaan mereka,” kata Pompeo lagi.

Kata Pompeo, Amerika telah menarik dana 100 juta dolar yang diperuntukkan bagi proyek energi yang besar, dan akan mendanai proyek itu secara langsung tanpa mengirim dana itu lewat para pejabat Afghanistan. Amerika juga akan menahan 60 juta dolar dana yang tadinya diperuntukkan membantu departemen pengadaan Afghanistan, kata Pompeo.

Presiden Trump semula berencana akan mencapai perjanjian damai dengan Taliban sebelum pemilihan Presiden di Afghanistan, guna mengakhiri perang Amerika paling lama, yang dimulai setelah serangan 11 September 2001 di Amerika.

Ashraf Ghani menyatakan keprihatinan besar tentang perjanjian damai itu, yang mensyaratkan Amerika akan menarik pulang ribuan pasukannya, kendati Taliban tidak mau berunding dengan pemerintahan pimpinannya yang secara resmi diakui dunia internasional. Taliban menyebut pemerintahan Ghani sebagai boneka yang ditopang Amerika.

Trump tadinya telah mengundang pimpinan Taliban dan Ghani ke Amerika untuk menuntaskan perjanjian damai itu, tapi kemudian menyatakan perundingan itu sudah gagal, karena serangan Taliban yang menewaskan satu orang tentara Amerika.

Anggota DPR Eliot Engel yang memimpin komite Hubungan Luar negeri DPR khawatir bahwa pemerintahan Trump agaknya tidak punya kebijaksanaan yang jelas untuk masa depan.

Presiden Barack Obama juga pernah bentrok dengan pendahulu Ghani, Hamid Karzai, karena Amerika menuduh Afghanistan tidak berusaha memberantas korupsi, dan terlalu bergantung pada bantuan militer Amerika. (ii/jm)

XS
SM
MD
LG