Tautan-tautan Akses

AS Peringatkan Lagi Rusia Soal Konsekuensi ‘Mengerikan’ Jika Luncurkan Serangan Nuklir di Ukraina


Pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina, 24 Agustus 2022. (Foto: via Reuters)
Pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina, 24 Agustus 2022. (Foto: via Reuters)

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan AS telah menjelaskan secara terbuka dan pribadi kepada Rusia agar “menghentikan pernyataan ceroboh mengenai senjata nuklir” dalam konflik Ukraina. Hal tersebut diungkapkan menyusul pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa ia akan menggunakan cara apapun untuk membela Rusia.

“Sangat penting bagi Moskow untuk mendengar dari kami dan tahu dari kami bahwa konsekuensinya akan mengerikan, dan kami telah menyatakannya dengan sangat jelas,” kata Blinken dalam wawancara di acara 60 Minutes di CBS News yang ditayangkan pada Minggu (25/9) malam.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, pada Sidang Umum PBB ke-77 pada 23 September 2022. (Foto: via AP)
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, pada Sidang Umum PBB ke-77 pada 23 September 2022. (Foto: via AP)

Blinken mengatakan penggunaan senjata nuklir “tentu saja akan memiliki efek bencana yang sangat besar bagi negara yang menggunakannya maupun bagi negara-negara lainnya.”

Tanggapan AS itu dikemukakan setelah Putin mengisyaratkan kemungkinan serangan nuklir pekan lalu, sewaktu ia memanggil 300 ribu tentara cadangan untuk membantu perang Rusia dalam invasinya yang telah berlangsung tujuh bulan di Ukraina. Penambahan pasukan ini terjadi setelah kemunduran yang dialami Rusia di medan tempur, di mana pasukan Kyiv merebut kembali daerah-daerah yang luas di Ukraina Timur Laut yang direbut Rusia pada pekan-pekan awal perangnya.

Sementara itu kementerian pertahanan Inggris pada Senin (26/9) mengatakan bahwa tentara cadangan pertama sudah mulai berdatangan di pangkalan-pangkalan militer, tetapi Rusia menghadapi tantangan administratif dan logistik dalam melatih tentara tersebut.

“Banyak di antara tentara yang direkrut tidak memiliki pengalaman militer selama bertahun-tahun,” kata kementerian itu. “Kurangnya pelatih militer, dan ketergesan-gesaan Rusia memulai mobilisasi, menunjukkan bahwa banyak di antara tentara yang akan ditempatkan di garis depan dengan persiapan terkait yang minimal. Mereka kemungkinan besar akan menderita tingkat kehilangan yang tinggi.”

Protes luas menentang pemanggilan tentara oleh Putin merebak di Rusia. Polisi menangkap ratusan demonstran yang turut dalam protes-protes di jalan di Moskow dan berbagai kota lain.

Banyak orang yang menentang perang Putin atau takut terbunuh di medan tempur telah melarikan diri dari Rusia dengan penerbangan ke berbagai negara lain, sementara yang lainnya bergabung dalam antrean panjang mobil di jalur-jalur darat menuju perbatasan Rusia dengan Finlandia, Georgia dan negara-negara lain.

Rusia tengah menyelenggarakan lima hari referendum yang disengketakan di empat wilayah di Ukraina yang dikuasainya secara penuh atau sebagian, di mana Rusia berasumsi warga setempat akan mendukung pendudukan Rusia. Ini akan menjadi dalih Moskow dalam membela wilayah yang baru diklaimnya. Dalam beberapa kasus, tentara Rusia harus datang dari rumah ke rumah untuk memerintahkan warga Ukraina agar memberikan suara di bawah todongan senjata.

Namun, Ukraina, AS dan sekutu-sekutu Barat menyebut referendum itu sebagai pemungutan suara palsu dan tidak memiliki konsekuensi hukum. Pencaplokan Rusia atas wilayah Rusia tidak akan diakui secara global, kata Blinken. [uh/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG