Tautan-tautan Akses

AS: Jurnalis di Seluruh Dunia Berada dalam Bahaya


Wartawan dan aktivis memprotes pembatasan terhadap kebebasan pers dan menyerukan dibebaskannya para wartawan dari penjara, di depan Sindikasi Wartawan di Kairo, Mesir, 26 April 2016 (Foto: dok).
Wartawan dan aktivis memprotes pembatasan terhadap kebebasan pers dan menyerukan dibebaskannya para wartawan dari penjara, di depan Sindikasi Wartawan di Kairo, Mesir, 26 April 2016 (Foto: dok).

Departemen Luar Negeri Amerika memperingati Hari Kebebasan Pers Dunia, tanggal 3 Mei dengan menarik perhatian terhadap penahanan terus menerus dan dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap wartawan.

Seorang wartawan dipenjara di Uzbekistan sejak tahun 1999. Seorang redaktur utama di Sudan ditangkap setelah mengkritik kebijakan pemerintah. Mereka dua orang di antara jurnalis yang ditonjolkan oleh Amerika dalam Hari Kebebasan Pers Dunia.

Departemen Luar Negeri Amerika memperingati Hari Kebebasan Pers Dunia, tanggal 3 Mei dengan menarik perhatian terhadap penahanan terus menerus dan dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap wartawan yang sebelumnya diidentifikasi telah “disensor, diserang, diancam, atau ditindas, karena laporan mereka” dan situasi demikian belum membaik.

Kasus-kasus itu dipublikasikan pada situs www.HumanRights.gov dan disebarluaskan lewat Twitter dengan tagar #FreethePress.

Di antara mereka yang ditampilkan adalah Muhammad Bekjanov, wartawan yang dipenjara paling lama di dunia, menurut Komite Perlindungan Wartawan.

Kelompok itu mengatakan Bekjanov, redaktur surat kabar oposisi yang sekarang tidak terbit lagi, telah dipenjara oleh pemerintah Uzbekistan selama lebih dari satu dekade dengan ”tuduhan mengada-ada.”

Pihak berwenang yakin kesehatannya telah sangat memburuk dan bahwa ia membutuhkan perawatan medis. [lt]

XS
SM
MD
LG