Tautan-tautan Akses

AS: Dunia Tidak Boleh Tunduk Pada Pemerasan Nuklir oleh Rezim Iran


ARSIP – Foto arsip bertanggal 15 Januari 2011 menunjukkan fasilitas nuklir air berart dekat Arak, 250 kilometer barat daya ibu kota Teheran, Iran (foto; hamid Foroutan/ISNA via AP, Arsip)
ARSIP – Foto arsip bertanggal 15 Januari 2011 menunjukkan fasilitas nuklir air berart dekat Arak, 250 kilometer barat daya ibu kota Teheran, Iran (foto; hamid Foroutan/ISNA via AP, Arsip)

Amerika Serikat menyatakan dunia tidak boleh tunduk pada pemerasan nuklir oleh Iran. Teheran hari Senin mengumumkan bahwa Iran memperkirakan pada 27 Juni mendatang akan melewati limit produksi 300 kilogram uranium, yang ditetapkan berdasarkan perjanjian internasional tahun 2015.

Iran bulan lalu memperingatkan bahwa negara itu akan berhenti mematuhi pembatasan cadangan air berat dan uraniumnya yang diperkaya yang disepakati berdasarkan perjanjian nuklir tahun 2015. Itu tidak akan dilakukan Iran apabila para penandatangan perjanjian yang tersisa – Inggris, China, Perancis, Jerman dan Rusia – membantunya mengelakkan sanksi-sanksi Amerika untuk menjual minyaknya. Ketegangan antara Washington dan Teheran meningkat pekan lalu setelah serangan terhadap dua tanker minyak di Teluk Oman. Amerika Serikat menuding Iran melakukan serangan tersebut, tuduhan yang dibantah Teheran.

Morgan Ortagus, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika, mengatakan,

“Penilaian ini dilakukan berdasarkan intelijen, tingkat keahlian penggunaan senjata yang diperlukan untuk melakukan operasi semacam itu, serangan serupa oleh Iran baru-baru ini terhadap kapal, dan tentu saja, fakta bahwa tidak ada kelompok proksi di kawasan ini yang memiliki sumber daya dan keahlian untuk bertindak dengan tingkat kecanggihan setinggi ini.”

Juru bicara Departemen Luar Negeri itu menyebut pengumuman Iran pada hari Senin sebagai suatu “pemerasan nuklir” dan mendesak masyarakat internasional agar tidak tunduk padanya. Ia juga mengritik perilaku Iran dalam 40 tahun belakangan ini.

Ortagus mengemukakan,

"Mereka terus membangun program nuklir. Kami melonggarkan sanksi-sanksi, mereka menyandera pelaut kami. Kami tidak melihat meredanya perilaku rezim ini, dan pada kenyataannya, apa yang telah kami lihat di sini selama pekan lalu adalah ancaman terus menerus untuk menutup Selat Hormuz. Sejumlah aktivitas, bukan hanya kapal-kapal niaga yang kita bahas pekan ini.”

Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan Amerika Serikat akan menggunakan semua cara yang diperlukan – diplomasi atau militer – untuk mencegah Iran membuat senjata nuklir. Tetapi sebagian legislator juga menyalahkan pemerintah Amerika atas eskalasi ketegangan yang terjadi.

Senator Patrick Leahy dari fraksi Demokrat mengatakan,

"Ya, Amerika Serikat keluar dari perjanjian yang seharusnya membatasi mereka. Lebih sulit bagi kita untuk berkata banyak sekarang ini sewaktu kita dengan bodohnya keluar dari perjanjian itu.”

Israel menyerukan lebih banyak lagi sanksi terhadap Iran apabila negara itu melanggar perjanjian nuklir. Tetapi Rusia membela Iran, dan mengatakan para inspektur internasional baru-baru ini menyimpulkan bahwa Teheran mematuhi seluruh kewajibannya berdasarkan perjanjian internasional.

Inggris, Jerman dan Perancis memperingatkan Iran agar tidak melanggar perjanjian tahun 2015 itu.

Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan,

"Semua bentuk eskalasi tidak menuju ke arah yang tepat dan tidak akan membantu Iran sendiri maupun masyarakat internasional. Jadi, kami akan berusaha sedapat mungkin bersama mitra-mitra kami untuk membujuk Iran agar tidak melakukan itu serta mencari jalan yang memungkinkan untuk dialog dan memperbaiki kondisi-kondisi seperti ini.”

Pompeo dijadwalkan bertemu para pejabat militer Amerika hari Selasa ini untuk membahas kemungkinan pengerahan baru pasukan Amerika ke Timur Tengah sebagai tanggapan atas serangan pekan lalu terhadap dua tanker minyak. [uh/lt]

XS
SM
MD
LG