Butuh ribuan pekerja untuk menciptakan kincir angin, panel surya dan peralatan biomassa yang diperlukan untuk meningkatkan energi di seluruh dunia secara drastis dari sumber-sumber yang terbarukan.
Laporan dari lembaga Pew Charitable Trusts mengatakan pembiayaan dan investasi energi ramah lingkungan mencapai hampir 200 milyar dolar pada tahun 2010 di 20 negara ekonomi terbesar, dan jumlah dana tersebut melonjak di seluruh dunia, terutama di Tiongkok.
Presiden Barack Obama adalah salah satu dari banyak pemimpin yang berpendapat bahwa pabrik-pabrik yang menciptakan peralatan energi ramah lingkungan akan membantu negara mereka menggunakan lebih sedikit minyak impor, mengatasi masalah lingkungan, dan mengurangi pengangguran.
Obama mengatakan,"Pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan energi ramah lingkungan di pabrik ini adalah lapangan pekerjaan untuk masa depan. Pekerjaan dengan bayaran yang layak, disini di Amerika. Dalam tahun-tahun mendatang, perusahaan-perusahaan energi ramah lingkungan seperti inilah yang akan membuat perekonomian kita berkembang, menciptakan lapangan kerja baru dan memastikan Amerika tetap menjadi negara yang paling makmur di dunia."
Presiden Obama menyampaikan pernyataan itu di sebuah pabrik Amerika yang memproduksi peralatan transmisi teknologi tinggi dan peralatan lain untuk kendaraan hemat bahan bakar.
Pemerintahannya mendorong teknologi hijau sebagai sumber pekerjaan dan ekspor, serta cara untuk membersihkan lingkungan.
Pemerintah Amerika, sebagai tuan rumah forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik tahun ini, mengupayakan penghapusan pemotongan hambatan perdagangan demi teknologi hijau. Mulai Kamis, para menteri perdagangan dan bisnis dari 21 negara APEC bertemu di Big Sky, Montana, membahas masalah tersebut.
Kini, sudah ada masalah dalam perdagangan teknologi hijau. Pemerintahan Obama mengambil langkah-langkah melalui Organisasi Perdagangan Dunia untuk menangani keluhan bahwa Beijing mendiskriminasi perusahaan-perusahaan asing yang ingin menjual peralatan energi ramah lingkungan di Tiongkok.
Sebuah serikat pekerja besar di Amerika mengatakan pekerjaan anggotanya terancam karena apa yang disebutnya sebagai aturan diskriminatif Tiongkok.
