Apotek Morgan ditata dengan gaya kuno, memajang botol-botol obat tua di atas rak-rak yang sudah ada sejak apotek itu dibuka tahun 1912. Apoteker Barry Deutschman membeli apotek itu 20 tahun lalu.
Ia menuturkan, “Mulai dari ketika apotek ini pertama kali dibuka sampai kami tidak menjual tembakau lagi, orang suka merokok di meja panjang ini. “
Apotek itu terletak di wilayah permukiman Washington, DC, dan kebanyakan orang tahu apotek itu dari mulut ke mulut.
“Orang yang belum pernah ke sini, sekalinya datang, mereka menyukai tempat ini dan selalu ingin ke sini lagi,” tutur Deutschman lagi.
Sandra Sugar suka pergi ke apotek itu sejak lama, sementara Toni Stephen merasa punya ikatan khusus dengan apotek itu.
“Pegawai di sini selalu membantu dan seperti keluarga saja,” aku Stephen.
Sebagian pelanggan menyukai produk-produk baru dalam kemasan gaya kuno. Lainnya, kata Deutschman, suka barang-barang yang memang produk kuno, seperti sabun mandi merek “Grandpa’s Pine Tar.”
Selain obat, cokelat juga laku dijual di apotek itu.
“Orang yang membeli obat kadang-kadang suka membeli permen yang enak,” ujar Deutschman.
Jumlah apotek kecil seperti ini sekarang berkurang. Asosiasi Apoteker Amerika mengatakan hanya ada sekitar 20.000, turun separuhnya dibandingkan 20 tahun lalu. Toko-toko obat besar dan apotek-apotek milik pasar-pasar swalayan besar menggeser apotek-apotek kecil itu, karena kerap dibuka di wilayah permukiman yang sama, dan mereka menawarkan lebih banyak pilihan produk.
Namun, menurut Abby Griffin, toko-toko obat dan pasar swalayan besar tidak mengenal pelanggan secara pribadi, jadi ia tetap suka pergi ke Apotek Morgan.
“Saya suka keramahtamahan. Orang bisa percaya dengan nasehat apoteker di apotek seperti ini,” aku Griffin.
Apotek-apotek seperti Apotek Morgan kerap memberi layanan yang tidak diberikan oleh toko-toko obat besar, seperti meramu sendiri obat-obatan dan krim tertentu, dan bersedia mengantar obat resep ke rumah. Deutschman mengatakan apoteker juga meluangkan waktu untuk berbicara dan mengenal pelanggan.
“Jadi apoteker bukan hanya melayani pelanggan di wilayah permukiman, tetapi ia juga menjadi bagian dari komunitas itu. Toko obat besar tidak memberi pelayanan seperti ini,” katanya.
Meskipun menghadapi banyak persaingan, Deutschman berharap Apotek Morgan akan terus berjaya.
Ia menuturkan, “Mulai dari ketika apotek ini pertama kali dibuka sampai kami tidak menjual tembakau lagi, orang suka merokok di meja panjang ini. “
Apotek itu terletak di wilayah permukiman Washington, DC, dan kebanyakan orang tahu apotek itu dari mulut ke mulut.
“Orang yang belum pernah ke sini, sekalinya datang, mereka menyukai tempat ini dan selalu ingin ke sini lagi,” tutur Deutschman lagi.
Sandra Sugar suka pergi ke apotek itu sejak lama, sementara Toni Stephen merasa punya ikatan khusus dengan apotek itu.
“Pegawai di sini selalu membantu dan seperti keluarga saja,” aku Stephen.
Sebagian pelanggan menyukai produk-produk baru dalam kemasan gaya kuno. Lainnya, kata Deutschman, suka barang-barang yang memang produk kuno, seperti sabun mandi merek “Grandpa’s Pine Tar.”
Selain obat, cokelat juga laku dijual di apotek itu.
“Orang yang membeli obat kadang-kadang suka membeli permen yang enak,” ujar Deutschman.
Jumlah apotek kecil seperti ini sekarang berkurang. Asosiasi Apoteker Amerika mengatakan hanya ada sekitar 20.000, turun separuhnya dibandingkan 20 tahun lalu. Toko-toko obat besar dan apotek-apotek milik pasar-pasar swalayan besar menggeser apotek-apotek kecil itu, karena kerap dibuka di wilayah permukiman yang sama, dan mereka menawarkan lebih banyak pilihan produk.
Namun, menurut Abby Griffin, toko-toko obat dan pasar swalayan besar tidak mengenal pelanggan secara pribadi, jadi ia tetap suka pergi ke Apotek Morgan.
“Saya suka keramahtamahan. Orang bisa percaya dengan nasehat apoteker di apotek seperti ini,” aku Griffin.
Apotek-apotek seperti Apotek Morgan kerap memberi layanan yang tidak diberikan oleh toko-toko obat besar, seperti meramu sendiri obat-obatan dan krim tertentu, dan bersedia mengantar obat resep ke rumah. Deutschman mengatakan apoteker juga meluangkan waktu untuk berbicara dan mengenal pelanggan.
“Jadi apoteker bukan hanya melayani pelanggan di wilayah permukiman, tetapi ia juga menjadi bagian dari komunitas itu. Toko obat besar tidak memberi pelayanan seperti ini,” katanya.
Meskipun menghadapi banyak persaingan, Deutschman berharap Apotek Morgan akan terus berjaya.