Tautan-tautan Akses

Apakah Hubungan AS-Rusia Bisa Pulih Kembali Pasca Laporan Mueller?


Presiden AS Donald Trump saat bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Helsinki, Finlandia 16 Juli 2018.
Presiden AS Donald Trump saat bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Helsinki, Finlandia 16 Juli 2018.

Ketika laporan jaksa penyidik khusus Robert Mueller mendapati bahwa baik Donald Trump maupun pembantu-pembantnya tidak ada yang berkolusi dengan Rusia ketika pemilu presiden tahun 2016, sebagian orang menilai hal ini menandai dimulainya era baru pemerintahan Trump, khususnya terkait hubungan dengan Vladimir Putin. Tetapi apakah hubungan Gedung Putih dan Kremlin akan pulih pasca laporan Mueller itu?

Wartawan VOA di Moskow, Igor Tsikhanenka berbicara dengan sejumlah pakar yang mengatakan tampaknya hal itu tidak akan terjadi dalam waktu semalam.

Beberapa hari setelah dirilisnya laporan jaksa penyidik khusus Robert Mueller, skeptimisme para politisi Rusia berubah menjadi cemooh dan sarkasme. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengolok-olok laporan itu dengan mengatakan upaya itu mengada-ada.

Tetapi tak lama kemudian terjadi perubahan, di mana dengan nada yang lebih bersahabat Moskow menyampaikan isyarat perdamaian.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov

“Presiden Vladimir Putin telah berulangkali mengatakan kami ingin menjalin hubungan baik dengan Amerika,” ujar Peskov.

Tetapi seberapa realistis pemulihan hubungan yang akan dilakukan? Ini tampaknya tergantung pada siapa kita bertanya.

Duta Besar Amerika Untuk Rusia tahun 1987-1991 Jack Matlock mengatakan, “Kita mungkin tidak dapat memulihkan hubungan dengan Rusia hingga memiliki presiden baru."

Namun pengamat politik di Universitas Harvard Mark Kramer menilai ada harapan.“Saya rasa jika Trump memasuki masa jabatan kedua, maka akan ada kesempatan untuk mengupayakan sesuatu,” ujarnya.

Pakar di kedua pihak di Atlantik yakin tuduhan-tuduhan tentang campur tangan Rusia dalam pemilu presiden Amerika dan penyelidikan Mueller yang mencoreng nama Trump, telah merusak hubungan Gedung Putih dan Kremlin.

David Foglesong di Universitas Rutgers mengatakan, “Saya kira ada perasaan marah yang sudah memuncak pada kedua pihak dan akan dibutuhkan waktu lama dan kesabaran untuk mencoba mengatasinya.”

Para pengamat juga menyalahkan perselisihan antara Amerika-Rusia ini pada pertikaian sengit Partai Demokrat dan Partai Republik.

Dan meskipun sebagian pakar menilai Rusia terlibat dalam pemilu presiden Amerika, mereka juga menyalahkan gaya media memotret kasus itu.

David Foglesong menjelaskan. “Selama dua setengah tahun ini terjadi upaya membesar-besarkan masalah, bukannya tidak ada campur tangan Rusia dalam kehidupan politik Amerika, tetapi cakupannya telah dibesar-besarkan sedemikian rupa,” imbuhnya.

Meskipun demikian ada satu hal yang disepakati sejumlah diplomat dan pakar yang mengikuti pertemuan di The Russia State University for Humanities.

Kepala penerjemah pada pemerintahan Mikhail Gorbachev, Pavel Palazhchenko mengatakan, “Kesimpulan dalam penyelidikan Mueller tidak mengakhiri topik tentang ini. Tetapi kebutuhan dan kemungkinan dialog menjelang keluarnya laporan itu ada, dan hingga kini masih ada.”

Tampaknya perlunya dialog itu tidak saja ditentukan oleh para pemimpin Rusia dan Amerika, tetapi juga besarnya pengaruh kedua negara itu di dunia. (em)

Recommended

XS
SM
MD
LG