Tautan-tautan Akses

Angkatan Laut Libya Cegat Lebih 800 Migran Tujuan Eropa


Kapal penjaga pantai Libya di dekat sebuah kapal migran di laut, dekat Libya, 5 Juni 2019. (Jose Benavente/PILOTES VOLONTAIRES/via REUTERS)
Kapal penjaga pantai Libya di dekat sebuah kapal migran di laut, dekat Libya, 5 Juni 2019. (Jose Benavente/PILOTES VOLONTAIRES/via REUTERS)

Ratusan migran dengan tujuan Eropa dicegat dan ditahan selama 24 jam terakhir di lepas pantai Libya di Laut Tengah, kata badan migrasi PBB, Jumat (5/2).

Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) melalui sebuah pernyataan di Twitter mengatakan, lebih dari 1.000 migran baru-baru ini berangkat dari pantai Libya, melarikan diri dari “kondisi kemanusiaan yang mengerikan”.

Lebih dari 800 di antara mereka dihentikan oleh penjaga pantai Libya dan dikirim ke sebuah pusat penahanan yang terkenal buruk di negara Afrika Utara itu, kata IOM.

Pada tahun-tahun sejak pemberontakan yang didukung NATO pada 2011 yang menggulingkan dan membunuh diktator Moammar Gaddafi, Libya yang dilanda perang telah menjadi titik transit dominan bagi para migran yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Afrika dan Timur Tengah.

Migran dari Eritrea, Mesir, Suriah dan Sudan, dibantu oleh petugas dari LSM Spanyol Open Arms, setelah melarikan diri dari Libya dengan kapal kayu berbahaya di laut Mediterania, sekitar 110 mil sebelah utara Libya, Sabtu, 2 Januari, 2021.
Migran dari Eritrea, Mesir, Suriah dan Sudan, dibantu oleh petugas dari LSM Spanyol Open Arms, setelah melarikan diri dari Libya dengan kapal kayu berbahaya di laut Mediterania, sekitar 110 mil sebelah utara Libya, Sabtu, 2 Januari, 2021.

Mereka berusaha hijrah ke Eropa melalui Libya dengan bantuan para penyelundup yang hanya berperahu karet untuk menempuh perjalanan berbahaya melintasi laut Tengah.

Menyertai cuitan terbarunya terkait nasib lebih dari 800 migran, IOM mengunggah sejumlah foto yang menunjukkan para migran Afrika yang sedang menunggu di titik-titik pendaratan di Libya dan berbicara dengan beberapa staf IOM.

“Sementara tim IOM terus memberikan bantuan di titik-titik pendaratan, kami berpendapat bahwa Libya bukanlah pelabuhan yang aman, '' cuit IOM.

Migran menonton pertandingan sepak bola di markas imigrasi di Benghazi, Libya 5 Desember 2020. (REUTERS / Esam Omran Al-Fetori)
Migran menonton pertandingan sepak bola di markas imigrasi di Benghazi, Libya 5 Desember 2020. (REUTERS / Esam Omran Al-Fetori)

Dalam beberapa tahun terakhir, Uni Eropa telah bermitra dengan pasukan garda pantai Libya dan kelompok-kelompok lokal lainnya untuk membendung penyeberangan laut yang berbahaya tersebut. Namun, organisasi-organisasi HAM mengatakan kebijakan itu membuat para migran bergantung pada kelompok-kelompok bersenjata atau terkurung di pusat-pusat penahanan jorok yang sering diwarnai pelanggaran.

Pada 19 Januari, sebuah kapal yang membawa puluhan migran dengan tujuan Eropa terbalik di lepas pantai Libya, dan setidaknya 43 orang tewas karena tenggelam.

Tragedi itu menandai bencana maritim pertama pada 2021 yang melibatkan para migran yang mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa. IOM mengutip sejumlah korban selamat yang mengatakan bahwa mereka yang tewas semuanya berasal dari negara-negara Afrika Barat. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG