Tautan-tautan Akses

Angka Kematian Akibat Kanker di AS Terus Alami Penurunan


ARSIP - Obat kemoterapi tengah dipersiapkan untuk William Darker dari Imperial Beach, California saat ia menjalani pengobatan kanker yang unik dengan menggunakan dosis kemoterapi ultra tinggi yang diisolasi ke liver, di National Institutes of Health in Bethesda, Md., 24 Maret 200
ARSIP - Obat kemoterapi tengah dipersiapkan untuk William Darker dari Imperial Beach, California saat ia menjalani pengobatan kanker yang unik dengan menggunakan dosis kemoterapi ultra tinggi yang diisolasi ke liver, di National Institutes of Health in Bethesda, Md., 24 Maret 200

Tingkat kematian akibat kanker di AS telah mencapai babak baru: angkanya terus mengalami penurunan dalam kurun waktu 25 tahun, menurut sebuah laporan baru-baru ini.

Menurunnya jumlah perokok adalah salah satu mengapa angka kematian mengalami penurunan. Kemajuan dibidang deteksi dini dan pengobatan juga berdampak positif, ujar para pakar.

Namun tidak hanya kabar baik yang dipublikasikan oleh laporan itu. Kanker terkait obesitas mengalampi peningkatan, dan kematian akibat kanker prostat angkanya tidak lagi mengalami penurunan, ujar Rebecca Siegel, penulis utama dalam laporan yang dipublikasikan oleh American Cancer Society hari Selasa.

Kanker juga tetap menjadi penyebab no. 2 angka kematian di AS. Para pakar juga memprediksi akan ada lebih dari 1,7 juta kasus penderita kanker baru, dan lebih dari 600.000 kematian akibat kanker, di AS tahun ini.

Berikut adalah uraian dari laporan di atas:

Penurunan angka

Sudah ada banyak kabar buruk yang beredar baru-baru ini tentang tingkat penyebab kematian di AS. Tahun 2017, terjadi peningkatan pada tujuh dari 10 penyebab kematian utama, menurut data yang dirilis pemerintah baru-baru ini. Namun kanker adalah salah satu sumber kabar baik.

Tingkat kematian akibat kanker di negara ini meningkat hingga awal tahun 1990-an. Angka itu telah mengalami penurunan setelahnya, tingkat penurunan mencapai 27 persen antara kurun waktu 1991 dan 2016, sebagaiman dilaporkan oleh Cancer Society.

Kanker paru-paru adalah alasan utamanya. Di antara berbagai tipe kanker, kanker ini menjadi penyebab terbanyak kematian, khususnya di kalangan pria. Namun angka kematian akibat kanker paru-paru mengalami penurunah hampir 50 persen di kalangan pria sejak 1991. Ini adalah efek penundaan dari menurunnya angka perokok yang bermula pada tahun 1960-an, ujar Siegel.

Kanker prostat

Laporan itu memuat berita beragam mengenai kanker prostat, jenis kanker penyebab kematian kedua tertinggi di kalangan pria.

Kematian akibat kanker prostat mengalami penurunan hampir setengahnya dalam kurun waktu duapuluh tahun, namun para pakar menyangsikan apakan perubahan tren ini terjadi setelah keputusan yang dibuat tahun 2011 oleh U.S. Preventive Services Task Force untuk menghentikan rekomendasi uji rutin di kalangan pria dengan memanfaatkan tes PSA. Keputusan ini dibuat oleh kesangsian yang timbul bahwa uji rutin tersebut telah menimbulkan diagnosis berlebihan dan pengobatan yang tidak perlu.

Angka kematian akibat kanker prostat mengalami stangnansi antara kurun waktu 2013 hingga 2016. Jadi selain tes PSA mungkin telah mengungkapkan kasus-kasus yang sebenarnya tidak membutuhkan pengobatan, tes tersebut kemungkinan juga telah berhasil mencegah kematian akibat kanker prostat, demikian pernyataan dalam laporan itu.

Obesitas

Dari jenis-jenis kanker yang paling lazim dijumpai di AS, jenis-jenis kanker yang menjadi penyebab kenaikan dalam angka kematian adalah jenis yang terkait dengan obesitas, termasuk kanker pankreas dan kanker rahim.

Jenis kanker lainnya adalah kanker hati. Kematian akibat kanker hati telah mengalami peningkatan sejak tahun 1970-an, dan awalanya sebagian dari peningkatan terkait dengan penyebaran infeksi hepatitis C di antara para pencandu narkoba. Namun sekarng obesitas menjadi penyebab sepertiga dari kematian akibat kanker hati, dan menjadi faktor yang lebih dominan dibandingkan hepatitis, ujar Siegel.

Meningkatnya epidemi obesitas di AS pertama kali diidentifikasi sebagai sebuah masalah di tahun 1990-an. Bisa membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun untuk melihat bagaimana faktor risiko mempengaruhi angka peningkatan kasus kanker, “jadi kemungkinan kita hanya melihat puncak gunung es dari segi efek epidemi obesitas terhadap kanker,” ujar Siegel.

Disparitas

Ada penurunan dalam riwayat kesenjangan ras terkait angka kematian akibat kanker, namun kesenjangan ekonomi semakin melebar – khususnya ketika berbicara mengenai kematian yang dapat dicegah oleh pendeteksian dini dan pengobatan, pola makan yang lebih baik, dan mengurangi kebiasaan merokok.

Di awal 1970-an, angka kematian akibat kanker usus besar di wilayah-wilayah termiskin 20 persen lebih rendah dibandingkan wilayah-wilayah yang lebih makmur; sekarang angka itu berbalik menjadi 30 persen lebih tinggi. Kematian akibat kanker leher rahim dua kali lebih tinggi di kalangan wanita di wilayah-wilayah miskin saat ini, dibandingkan di kalangan wanita di wilayah-wilayah yang lebih makmur. Angka kematian akiba kanker paru dan kanker hati 40 persen lebih tinggi di kalangan pria di wilayah-wilayah miskin.

Dr. Darrel Gray, wakil direktur Ohio State University's Center for Cancer Health Equity, menyebut semua temuan itu “penting namun tidak mengejutkan.”

“Kami sudah mengetahui untuk beberapa waktu faktor yang terkait ras itu hanya kata lain” untuk penyebab sejatinya, seperti kemiskinan dan kesulitan untuk pergi ke dokter dan untuk membayar biaya pengobatan, ujarnya. [ww]

XS
SM
MD
LG