Tautan-tautan Akses

Anak Badak Lahir di Way Kambas, Anak Gajah Lahir di Aceh Jaya


Anak Badak Lahir di Way Kambas (Courtesy: KLH)
Anak Badak Lahir di Way Kambas (Courtesy: KLH)

Indonesia kembali diberkahi karunia alam yang luar biasa. Dua hewan yang terancam punah lahir di dua lokasi berbeda. Badak Ratu di Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) Taman Nasional Way Kambas di Lampung pada hari Sabtu lalu (30/9) melahirkan bayi badak betina.

Koordinator Tim Dokter Hewan di SRS TN Way Kambas Zulfi Arsan mengatakan badak Ratu mulai menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan sejak Sabtu dini hari pukul 00.04 WIB dan melahirkan bayinya pada pukul 01.44 WIB.

Zulfi menjelaskan bahwa selama mengandung bayinya, badak Ratu mendapat tambahan hormone penguat kehamilan setiap hari; dan asupan pakan dengan jenis, variasi dan jumlah yang sangat diperhatian agar kebutuhannya tercukupi.

Badak Ratu juga menjalani pemeriksaan USG (ultrasonografi) setiap 10-14 hari sejak umur kebuntingan awal atau 20 hari pasca kawin, hingga tiga hari menjelang kelahiran. Pemantauan intensif selama 24 jam oleh tim dokter hewan, paramedis, dan perawat satwa SRS TN Way Kambas dilakukan sejak satu minggu menjelang kelahiran hingga dua bulan ke depan.

Anak Badak Lahir di Way Kambas (Courtesy: KLH)
Anak Badak Lahir di Way Kambas (Courtesy: KLH)

Bayi badak betina yang kuat itu sudah dapat berdiri sekitar 45 menit setelah dilahirkan. Dokter hewan di Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik (KKHSG) Kementerian Lingkungan Hidup Dedi Candra mengatakan dua jam setelah dapat berdiri, bayi badak mulai mencari putting susu induknya untuk menyusu. Bayi badak betina itu memiliki bobot 27 kilogram.

Ditambahkannya, “sejak melahirkan hingga saat ini, badak Ratu menunjukkan sikap over protective (sangat melindungi.red) anaknya.” Tim dokter hewan akan terus memantau kesehatan ibu dan bayi badak ini.

Keterangan pers dari Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan badak ratu sudah mulai mengajak bayinya menjelajahi hutan dan belajar berkubang pada hari Minggu (1/10).

Badak Sumatra betina yang baru lahir itu merupakan keberhasilan ketiga dalam mengawinkan induknya, Ratu, asal Taman Nasional Way Kambas, dan Andalas, badak Sumatra jantan yang lahir pada 13 September 2001 di Kebun Binatang Cincinnati di AS.

Dua perkawinan sebelumnya menghasilkan kelahiran badak jantan Andatu pada tahun 2012 dan badak betina Delilah pada tahun 2016.

Kelahiran pada Sabtu lalu membuat populasi badak Sumatra di taman nasional menjadi sembilan ekor, suatu peningkatan bagi spesies ini.

Badak Sumatra adalah spesies badak terkecil dan paling banyak bulunya. Kurang dari 80 badak Sumatra yang masih ada di dunia, berdasarkan taksiran tahun 2019 mengenai spesies yang terancam punah.

Hewan mamalia ini dapat tumbuh setinggi 1,5 meter, berat antara 500 kilogram dan 960 kilogram, dan dikenal berkomunikasi dengan berbagai cara mulai dari bersiul hingga tumpukan kotoran.

Anak Badak Lahir di Way Kambas (Courtesy: KLH)
Anak Badak Lahir di Way Kambas (Courtesy: KLH)

Badak Sumatra, satu-satunya badak Asia bercula dua, adalah satu di antara spesies yang paling terancam di dunia karena perburuan liar untuk mendapatkan culanya yang berharga mahal dan hilangnya habitat di tempat asal spesies ini di pulau Sumatra.

Perbanyak Populasi Badak, KLHK Berencana Integrasikan Upaya Alami dan Teknologi Reproduksi Berbantu

Penjabat Direktur KKHSG KLHK Indra Exploitasia mengatakan selain upaya pengembangbiakan alami, pihaknya berencana mengintegrasikan metode Assisted Reproductive Technology (ART) melalui Teknologi Reproduksi Berbantu untuk memperbanyak badak Sumatera ini.

“Untuk itu pihak KLHK dibantu tim ART dan Biobank IPB University telah mengambil jaringan tali pusar tak lama setelah kelahiran anak ketiga badak Ratu untuk dijadikan sumber sel punca (stem cells). Saat ini jaringan tali pusar itu telah berada di Laboratorium Pusat ART dan Biobank Badak Sumatera Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University untuk dilakukan perbanyakan sel punca,” paparnya.

Koordinator tim ART dan Biobank IPB University Dr. Muhammad Agil mengatakan laboratorium Pusat ART dan Biobank Badak Sumatera dengan dukungan Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research (Leibniz-IZW) Jerman berkomitmen mendukung program propagasi (perbanyakan atau pengembangbiakan.red) badak Sumatera yang dilakukan KLHK.

“Diharapkan kerjasama ini dan program transfer embrio akan dapat memproduksi embrio badak Sumatera untuk menghasilkan individu badak Sumatera baru melalui induk pinjam (surrogate mother.red),” ujar Muhammad Agil.

Bayi Gajah Betina Lahir di Aceh Jaya

Sebelumnya seekor bayi gajah betina juga lahir di Conservation Rescue Unit (CRU) Alue Kuyun, Aceh Jaya.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh melaporkan telah lahir seekor bayi gajah Sumatra di Conservation Respon Unit (CRU) Alue Kuyun di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Kepala BKSDA Aceh, Gunawan Alza, mengatakan bayi mamalia darat itu lahir dari induk gajah jinak bernama Suci, hari Kamis (21/9).

“Kabar gembira dari CRU Alue Kuyun bahwa telah lahir anak gajah dari induk gajah jinak bernama Suci yang berusia 34 tahun,” katanya melalui keterangan resmi, hari Minggu (24/9).

Gunawan menjelaskan bayi gajah itu teridentifikasi berjenis kelamin betina. Bayi gajah itu juga terlahir dalam kondisi sehat.

“Bayi gajah yang belum diberi nama ini merupakan anak ketiga dari indukan bernama Suci,” jelasnya.

Kelahiran satwa endemik Pulau Sumatra ini akan memberi harapan jika gajah jinak terus dapat berkembang biak dengan alami sehingga menambah populasi gajah. Dengan kelahiran tersebut, maka gajah jinak di CRU Alue Kuyun berjumlah lima individu terdiri dari satu jantan dan empat betina.

Anak Gajah Lahir di Aceh Jaya (Courtesy: KLH)
Anak Gajah Lahir di Aceh Jaya (Courtesy: KLH)

“Semoga induk gajah Suci dan bayinya sehat serta dapat bergabung dengan gajah jinak lainnya,” ucap Gunawan.

Seperti diketahui indukan bernama Suci itu sebelumnya melahirkan bayi gajah betina di CRU Sampoiniet di Kabupaten Aceh Jaya dan diberi nama Rosa. Namun bayi gajah itu telah mati terserang penyakit elephant endotheliotropic herpes virus (EEHV).

Kemudian, Suci kembali melahirkan bayi gajah betina di CRU Alue Kuyun dan diberi nama Nyak Boni. Kini, anak gajah itu telah berusia empat tahun.

Suci merupakan salah satu gajah jinak yang dikelola oleh BKSDA Aceh berasal dari daerah Ulee Glee di Kabupaten Pidie Jaya. [aa/em, ab/uh]

Forum

XS
SM
MD
LG