Tautan-tautan Akses

Aktivis: Wanita Afghanistan Hidup di bawah Apartheid Gender


Sejumlah perempuan Afghanistan menghadiri pembukaan perpustakaan khusus perempuan di Kabul, Afghanistan, pada 24 Agustus 2022. (Foto: Reuters/Ali Khara)
Sejumlah perempuan Afghanistan menghadiri pembukaan perpustakaan khusus perempuan di Kabul, Afghanistan, pada 24 Agustus 2022. (Foto: Reuters/Ali Khara)

Para aktivis di Afghanistan berharap Sidang Umum tahunan PBB mendatang menjadi kesempatan bagi mereka untuk menarik perhatian dunia terhadap situasi yang memburuk bagi perempuan di Afghanistan.

"Satu tahun setelah pengambilalihan Taliban, situasi bagi perempuan dan anak perempuan memburuk pada skala dan kecepatan yang mengejutkan. Salah satu contoh yang suram, kini Afghanistan adalah satu-satunya negara di dunia yang melarang pendidikan anak perempuan. Pikirkan hal itu...," ujar Duta Besar Norwegia untuk PBB, Mona Juul.

Dalam konferensi pers di PBB pada Senin (12/9, mantan anggota Parlemen Afghanistan, Naheed Farid mengatakan, semua rasa takut terburuk di dunia tentang hak-hak perempuan di bawah pemerintahan Taliban kini menjadi kenyataan.

"Yang terjadi di Afghanistan adalah pemisahan gender, jelas apartheid gender," kata Farid dalam konferensi pers yang dipandu oleh Juul itu.

Aktivis Hak Asasi Manusia, Najiba Sanjar mengatakan dalam konferensi pers tersebut bahwa "Kejahatan dan ketidakadilan yang terjadi di Afghanistan tidak dapat dimaafkan."

Para aktivis mengatakan, terdapat hampir 60 aktivis Afghanistan yang akan berada di New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB dan mereka berharap dapat bertemu dengan delegasi tingkat tinggi dari seluruh dunia. [ps/ka]

Forum

XS
SM
MD
LG