Tautan-tautan Akses

Aktivis Lingkungan Gelar Demo dengan Berpakaian Bak Putri Duyung 


Patung "The Little Mermaid" di Copenhagen, Denmark, menjadi sasaran vandalisme, 14 Juni 2017. (Scanpix Denmark/Bax Lindhardt via REUTERS).
Patung "The Little Mermaid" di Copenhagen, Denmark, menjadi sasaran vandalisme, 14 Juni 2017. (Scanpix Denmark/Bax Lindhardt via REUTERS).

Ada banyak cara menyampaikan protes. Lima aktivis iklim baru-baru ini “mengubah” diri mereka menjadi putri duyung sekarat di tepian sebuah kanal di Venesia, Italia, untuk menarik perhatian.

Aksi tersebut diorganisir oleh Extinction Rebellion (Pemberontakan Menentang Kepunahan), organisasi lingkungan yang kerap menggelar aksi langsung tanpa kekerasan, seperti unjuk rasa dengan menempelkan diri ke gedung atau pendudukan jalan secara massal, untuk menarik perhatian pada tujuan gerakannya.

Kali ini sasaran mereka adalah konferensi iklim internasional di Arsenale, Venesia, yang berlangsung hari Minggu lalu (11/7), menyusul pertemuan para pejabat tinggi keuangan Kelompok G-20 sebelumnya.

Lima perempuan aktivis dengan menggunakan kostum putri duyung membaringkan tubuh mereka di tepian kanal selama dua jam. Mereka tidak bergerak dan seolah sekarat, sementara berlembar-lembar uang kertas terlihat menutup sebagian tubuh bagian atas mereka. Sebuah poster besar terbentang dekat mereka bertuliskan “Mereka meracuni impian kami”.

Aksi mereka itu untuk menunjukkan protes terhadap para pemimpin global yang dianggap telah meracuni impian mereka karena tidak mengambil tindakan yang cukup untuk mencegah perubahan iklim.

Aktivis gerakan perlindungan lingkungan Extinction Rebellion, melakukan protes selama pertemuan para menteri Ekonomi dan Keuangan G20 dan Gubernur Bank Sentral di Venesia, Italia, Minggu, 11 Juli 2021. (AP Photo/Luca Bruno)
Aktivis gerakan perlindungan lingkungan Extinction Rebellion, melakukan protes selama pertemuan para menteri Ekonomi dan Keuangan G20 dan Gubernur Bank Sentral di Venesia, Italia, Minggu, 11 Juli 2021. (AP Photo/Luca Bruno)

Annalisa Gratteri, salah seorang aktivis Extinction Rebellion, yang mengorganisasikan aksi itu mengatakan, "Mereka yang saat ini sedang melangsungkan pertemuan tertutup di Arsenale dan menolak untuk berkomunikasi dengan penduduk telah selama beberapa dekade menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki kesadaran, otoritas, keinginan untuk membuat keputusan yang benar-benar efisien untuk menghindari bukan hanya kematian impian kita, tetapi juga kematian orang-orang, kematian hari ini, dan kematian anak-anak kita di masa depan yang akan menanggung krisis iklim dan ekologi yang tidak diakui atau ditangani oleh siapa pun."

Linda Maggiori, seorang aktivis lain Extinction Rebellion, mengatakan, para pemimpin dunia harus mengambil tindakan segera.

“Pemanasan global, penggundulan hutan, peternakan intensif dan sebagainya berdampak langsung pada pandemi, itu sudah terjadi, dan akan ada masalah serius yang datang, dari segi ekonomi, lingkungan, polusi udara. Kami tidak akan mundur, kami masih memiliki harapan bahwa kami akan dapat melakukan perubahan dan tidak menjadi pendukung bagi sistem yang tidak adil,” jelasnya.

Sepatu anak-anak dipajang di jembatan Degli Scalzi, sebagai protes terhadap perubahan iklim dari gerakan perlindungan lingkungan Extinction Rebellion, selama pertemuan para menteri Ekonomi dan Keuangan G20 dan Gubernur Bank Sentral di Venesia, 11 Juli 2021. (AP)
Sepatu anak-anak dipajang di jembatan Degli Scalzi, sebagai protes terhadap perubahan iklim dari gerakan perlindungan lingkungan Extinction Rebellion, selama pertemuan para menteri Ekonomi dan Keuangan G20 dan Gubernur Bank Sentral di Venesia, 11 Juli 2021. (AP)

Seorang turis yang tidak mengungkapkan namanya mengatakan kepada Associated Press, bahwa ia mendukung aksi organisasi tersebut.

“Tentu saja, saya pikir gerakan sosial sangat penting. Dengan aksi tersebut, orang-orang akan sadar dan membuat beberapa perubahan. Maksud saya setidaknya kita punya harapan," komentarnya.

Sebelumnya di pagi hari pada hari yang sama, Extinction Rebellion menggelar demonstrasi dengan menempatkan sekitar 300 pasang sepatu anak-anak di Ponte degli Scalzi, sebuah jembatan di atas kanal. Demonstrasi ini untuk menggambarkan generasi mendatang yang hilang karena perubahan iklim. [ab/uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG