Tautan-tautan Akses

Aktivis HAM Kecam Langkah Trump Pertahankan Penjara Guantanamo


Tentara Amerika menjaga pintu masuk penjara militer Camp Delta di Pangkalan Angkatan Laut AS, Guantanamo Bay, Kuba, 27 Juni 2006.
Tentara Amerika menjaga pintu masuk penjara militer Camp Delta di Pangkalan Angkatan Laut AS, Guantanamo Bay, Kuba, 27 Juni 2006.

Kelompok hak-hak mengecam keputusan Presiden Donald Trump untuk mempertahankan penjara militer Amerika di Guantanamo, Kuba.

“Saya menepati janji saya,” kata Trump dalam pidato di Kongres, Selasa (30/1) setelah menanda-tangani perintah eksekutif itu. Langkah itu membatalkan keputusan presiden yang berisi rencana penutupan fasilitas itu, yang dikeluarkan Presiden Barack Obama pada 2009.

Trump mengatakan, fasilitas seperti itu penting untuk menjamin Amerika memiliki semua kekuatan yang perlu untuk menahan teroris dalam perang melawan ISIS dan al-Qaida.

Menurut keputusan presiden yang baru, Amerika bisa mengangkut tahanan tambahan ke Pangkalan AL Guantanamo Bay, kalau hal itu sesuai hukum dan perlu untuk melindungi negara.” Perintah itu juga minta Menteri Pertahanan Jim Mattis merancang kebijakan dalam 90 hari tentang bagaimana menangani dan memindahkan orang-orang yang tertangkap sehubungan sebuah konflik bersenjata.

Noor Zafar dari Pusat Hak-Hak Konstitusi, yang telah mewakili tahanan Guantanamo di pengadilan federal, mengatakan kepada VOA ini merupakan satu lagi retorika anti Muslim dan fobia Islam yang dipergunakannya untuk menghasut basis pendukung Trum.

Zafar yang ingin penjara itu ditutup dan tahanan didalamnya, didakwa atau dibebaskan, mengatakan pandangan presiden tentang siapa yang digolongkan sebagai teroris secara sangat eksplisit dan jelas didasarkan kepada identitas keagamaan dan etnis seseorang.

Dia membandingkan reaksi Trump yang terbeda terhadap kekerasan di Las Vegas pada Agustus 2017 dengan serangan di New York pada Oktober 2017. Di Las Vegas, saat itu, seorang kulit putih menewaskan puluhan orang dan mencederai ratusan orang yang sedang menonton sebuah festival musik. Sedangkan di New York pada Oktober 2017, seorang laki-laki Muslim menewaskan 8 orang dan mencederai puluhan lainnya dengan menabrakkan sebuah truk di jalur sepeda dan jalan kaki. Orang itu adalah pendukung ISIS.

Kata Noor Zafar, “kalau itu orang kulit putih yang melakukan kekerasan, tidak ada seruan untuk menyebut dirinya teroris. Tetapi kalau itu seorang kulit berwarna atau Muslim, dia akan segera dicap sebagai teroris, dan presiden akan mencabut semua hak-hak konstitusionalnya dan mengirimnya ke Guantanamo.”

“Saya berpendapat itu menunjukkan niat buruk dan maksud Presiden Trump yang terselubung,” kata dia menambahkan.

Selama kampanye Trump mengatakan dia hendak mempertahankan Guantanamo dan mengisinya dengan orang-orang jahat. [ps/jm]

XS
SM
MD
LG