Tautan-tautan Akses

Afsel Beralih ke Vaksin Johnson & Johnson


Seorang pekerja medis berbicara kepada beberapa sukarelawan vaksin di rumah sakit Chris Hani Baragwanath di Soweto, Johannesburg, Rabu, 24 Juni 2020. (Foto: dok).
Seorang pekerja medis berbicara kepada beberapa sukarelawan vaksin di rumah sakit Chris Hani Baragwanath di Soweto, Johannesburg, Rabu, 24 Juni 2020. (Foto: dok).

Afrika Selatan akan melakukan imunisasi dengan vaksin yang belum mendapat persetujuan buatan perusahaan farmasi Johnson & Johnson untuk petugas layanan kesehatan garda depannya mulai pekan depan, bukannya menggunakan vaksin Oxford-AstraZeneca yang direncanakan sebelumnya, kata menteri kesehatan negara itu hari Rabu.

Vaksin Johnson & Johnson akan digunakan sebagai bagian dari studi untuk mengetahui perlindungan yang diberikannya terhadap COVID-19, khususnya terhadap varian yang dominan di Afrika Selatan.

Menteri Kesehatan Zweli Mkhize mengatakan Afrika Selatan telah membatalkan rencana untuk menggunakan vaksin Oxford-AstraZeneca karena kekhawatiran vaksin itu kurang efektif untuk kasus ringan dan moderat yang diakibatkan oleh varian yang telah menyebar luas di Afrika Selatan.

Anak perusahaan Johnson & Johnson, Janssen Pharmaceutical, di Beerse, Belgia, Rabu, 3 Februari 2021.
Anak perusahaan Johnson & Johnson, Janssen Pharmaceutical, di Beerse, Belgia, Rabu, 3 Februari 2021.

Vaksin Johnson & Johnson dengan sekali suntik itu masih diuji coba secara internasional dan belum mendapat persetujuan untuk digunakan di negara manapun.

Tetapi dalam pidato yang disiarkan secara nasional, Mkhize mengatakan bahwa vaksin itu aman, dengan mengandalkan pada tes terhadap 44 ribu orang yang dilakukan di Afrika Selatan, AS dan Amerika Latin.

Vaksin Johnson & Johnson akan digunakan untuk meluncurkan fase pertama gerakan vaksinasi Afrika Selatan, di mana 1,25 juta petugas layanan kesehatan negara itu akan diimunisasi.

Suntikan vaksin itu akan diikuti oleh gerakan vaksinasi terhadap sekitar 40 juta orang di Afrika Selatan selambatnya akhir tahun ini.

Negara tersebut diperkirakan akan menggunakan vaksin Pfizer dan lain-lainnya, kemungkinan vaksin Sputnik V buatan Rusia dan Sinopharm China, untuk memperkuat program imunisasinya. [uh/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG