Warga Afghanistan menyebut adu gulat tradisional itu “pahlawani”. Peserta diwajibkan menggunakan atasan tunik, satu biru dan satu putih, di setiap pertandingan dan bertelanjang kaki, saat bergulat di lahan yang berdebu.
Jangan menduga setiap peserta akan hadir dengan atasan tunik masing-masing. Atasan tunik itu digunakan secara bergantian dari satu peserta ke peserta pertandingan berikutnya. Prinsipnya, setiap pegulat berpeluang mengenakan tunik biru atau tunik putih dari peserta sebelumnya.
Tidak ada arena khusus untuk gulat itu. Para penonton yang berkerumun membentuk lingkaran adalah arena adu gulat itu.
Ismatullah, seorang kontestan berusia 18 tahun, mengaku senang dengan gulat tradisional itu. "Olahraga gulat adalah hobi saya. Saya datang ke sini untuk hiburan dan relaksasi," kata Ismatullah.
Aturan pertandingannya sederhana. Setiap peserta mewakili provinsinya, dengan nama dan provinsi diumumkan kepada penonton oleh wasit. Setiap pertandingan memiliki empat putaran, dan pemenangnya adalah yang pertama dapat membalikkan tubuh lawannya .
Seorang wasit memimpin, sementara sejumlah hakim pertandingan ada di antara kerumunan para penonton. Para hakim ini bisa memberikan vonis dalam kasus-kasus ketika tidak ada pemenang yang jelas. Pertandingan-pertandingan itu sendiri seringkali berakhir imbang. Mereka yang terpiih sebagai juara, biasanya mendapatkan hadiah berupa uang kontan dari para penonton.
Meskipun Taliban, yang mengambil alih Afghanistan pada pertengahan Agustus, sebelumnya pernah melarang berbagai bentuk olahraga sewaktu memerintah negara itu pada 1990-an, pahlawani selalu mendapat pengecualian.
Sekarang, lebih dari tiga bulan memasuki pemerintahan baru mereka di negara itu, segelintir polisi Taliban kini ikut menghadiri pertandingan Jumat sebagai penjaga keamanan.
Pertandingan gulat tradisional itu biasanya berlangsung mulai pukul 2 siang waktu setenpat, usai salat Jumat, dan berakhir menjelang matahari terbenam. Sekitar 10- hingga 20 pria muda biasanya ikut berkompetisi dalam adu gulat ini. [ab/lt]