Tautan-tautan Akses

ADB akan Bahas Masa Depan Asia Pekan Ini


Stephen P. Groff, Wakil Presiden ADB, hadir melalui konferensi video mengenai sejarah kemitraan ADB dengan Kamboja di Phnom Penh, 5 Oktober 2016. (Tum Malis/VOA Khmer)
Stephen P. Groff, Wakil Presiden ADB, hadir melalui konferensi video mengenai sejarah kemitraan ADB dengan Kamboja di Phnom Penh, 5 Oktober 2016. (Tum Malis/VOA Khmer)

Bank Pembangunan Asia (ADB) akan membahas berbagai tantangan ekonomi dalam pertemuan tahunan yang akan berlangsung selama emat hari pekan ini, Reuters melaporkan, Rabu (2/5).

Beberapa topik yang dibahas termasuk relevansi keberadaan ADB di masa depan di tengah menguatnya peran China dalam pembiayaan proyek-proyek infrastruktur.

Wakil Presiden ADB Stephen Groff mengatakan ADB, yang bermarkas di Manila, sedang menyusun strategi jangka panjang hingga 2030 untuk mencapai kawasan Asia dan Pasifik yang “makmur, inklusif, ulet, dan berkelanjutan.”

“Asia adalah kawasan dunia yang kesuksesan ekonominya dalam seperempat abad terakhir dibangun dengan mengandalkan perdagangan bebas. Dan, jelas kami mendengar berbagai suara negatif dari berbagai pelosok dunia mengenai perdagangan bebas dan globalisasi,” kata Groff dalam wawancara dengan Reuters.

ADB menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia untuk 2018 menjadi 6 persen, dari sebelumnya 5,8 persen karena permintaan ekspor yang solid. Namun bank yang didirikan pada 1966 ini mengatakan kebijakan proteksionis Amerika dan kebijakan-kebijakan balasan terhadap langkah Amerika, bisa mengacaukan perdagangan.

Keberadaan ADB di masa depan juga dipertanyakan seiring dengan menguatnya peran China dalam pembiayaan proyek infrastruktur, melalui proyek “One Belt, One Road” atau OBOR.

Banyak proyek-proyek OBOR didukung oleh bank-bank milik pemerintah China dan Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) berpotensi menjadi pesaing ADB.

Di bawah pimpinan Jepang, ADB, yang diberi mandat mengentaskan jutaan warga Asia dari kemiskinan, saat ini memiliki 67 negara anggota dengan kondisi ekonomi beragam. Mulai dari negara yang masih bergulat dengan kondisi ekonomi seperti Bangladesh dan Pakistan, hingga yang negara dengan ekonomi yang sedang melaju, seperti India dan China. Donor terbesar ADB adalah Jepang dan AS.

ADB memperkirakan Asia membutuhkan investasi senilai $1,7 triliun per tahun untuk pembangunan infrastruktur hingga 2030 agar bisa menjaga momentum pertumbuhan, mengatasi kemiskikan dan menghadapi perubahan iklim.

Isu-isu lain yang akan dibahas dalam pertemuan ADB yang berlangsung antara 3-6 Mei di Manila, Ibu Kota Filipina, antara lain perdagangan bebas, globalisasi, populasi lansia, masalah lingkungan, kesetaraan gender, tren automasi. [ft]

Recommended

XS
SM
MD
LG