Tautan-tautan Akses

Abai Jarak Aman, Angka Kematian Indonesia Tembus 102 Orang


Para pengunjung sebuah kafe di Gelora Bung Karno duduk dalam jarak tertentu dalam upaya mencegah penyebaran virus corona, Jakarta, 26 Maret 2020. (Foto: Dita Alangkara/AP)
Para pengunjung sebuah kafe di Gelora Bung Karno duduk dalam jarak tertentu dalam upaya mencegah penyebaran virus corona, Jakarta, 26 Maret 2020. (Foto: Dita Alangkara/AP)

Konfirmasi kasus positif virus corona di Indonesia terus meningkat setiap harinya, termasuk angka kematian. Apakah upaya pemerintah melacak kasus positif ini terlalu lambat?

Juru bicara penanganan kasus virus Corona Dr Achmad Yurianto kembali melaporkan penambahan 109 kasus positif virus corona mulai dari Jumat (27/3) sampai Sabtu (28/3) pukul 12.00 WIB. Totalnya pun menjadi 1.155 kasus.

Adapun jumlah pasien yang sembuh dan diperbolehkan pulang adalah sebanyak 13 orang, sehingga total orang yang pulih adalah 59 orang. Meski begitu, angka kematian masih terus merangkak naik setiap hari. Dengan 15 pasien yang meninggal dunia pada Jumat hingga Sabtu, total angka kematian mencapai 102 orang.

Kasus paling banyak masih terdapat di DKI Jakarta dengan penambahan 38 kasus, sehingga total keseluruhan orang yang terjangkit virus ini di ibu kota adalah sebanyak 627 orang.

Dalam kesempatan ini, Yuri kembali mengingatkan kepada seluruh masyarakat tentang pentingnya menjaga jarak aman atau physical distancing, baik di dalam dan di luar rumah.

Para pengunjung berdiri di tempat yang sudah ditandai dalam sebuah lift untuk menjaga jarak aman sebagai upaya mencegah penularan virus corona, Surabaya, 19 Maret 2020. (Foto: AP)
Para pengunjung berdiri di tempat yang sudah ditandai dalam sebuah lift untuk menjaga jarak aman sebagai upaya mencegah penularan virus corona, Surabaya, 19 Maret 2020. (Foto: AP)

Selain itu, menurutnya masih banyak masyarakat yang tidak menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Antara lain, mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir sebelum makan dan minum, dan menyentuh bagian wajah. Berdasarkan pengamatannya pada banyak kasus, tangan merupakan perantara paling banyak dalam kaitan penularan virus Covid-19 ini.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto dan Juru Bicara BNPB Agus Wibowo saat menggelar konferensi pers di Gedung BNPB Jakarta, Rabu, 18 Maret 2020. (Foto: VOA/Sasmito)
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto dan Juru Bicara BNPB Agus Wibowo saat menggelar konferensi pers di Gedung BNPB Jakarta, Rabu, 18 Maret 2020. (Foto: VOA/Sasmito)

“Ini yang menjadi penting, mencuci tangan dengan sabun, sehingga tidak ada alasan bahwa harus dengan menggunakan hand sanitizer, dengan sabun sudah sangat efektif dengan air yang mengalir. Ini yang diharapkan bisa dilakukan,” jelas Yuri dalam telekonferensi di Gedung BNPB, Jakarta, Sabtu (28/3).

Pemerintah, kata Yuri, prihatin dengan penambahan kasus setiap harinya. Ini menandakan bahwa masyarakat masih mengangap sepele Pandemi global tersebut. Ia pun sangat berharap kepada seluruh masyarakat agar senantiasa mematuhi anjuran pemerintah, seperti tetap berada di dalam rumah, rajin mencuci tangan dengan sabun, hindari keramaian agar penularan tidak semakin meluas.

“Kita masih memprihatinkan kondisi ini, karena terbukti bahwa penularan masih terjadi. Bahwa kasus positif masih berada di tengah-tengah masyarakat, bahwa kontak dekat masih terjadi, bahwa kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan sabun masih belum dimaksimalkan,” ujarnya.

Pemuka Agama Imbau Hindari Kerumunan

Para pemuka dari berbagai agama sepakat untuk mengimbau umatnya agar menghindari kerumunan, termasuk dalam kegiatan beribadah, sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona ini.

Para pengunjung di sebuah rumah sakit di Padang, Sumatra Barat, duduk berjauhan untuk mencegah penularan virus corona (COVID-19), 21 Maret 2020. (Foto: Antara via Reuters)
Para pengunjung di sebuah rumah sakit di Padang, Sumatra Barat, duduk berjauhan untuk mencegah penularan virus corona (COVID-19), 21 Maret 2020. (Foto: Antara via Reuters)

Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Asrorun Niam Sholeh mengatakan MUI telah mengeluarkan Fatwa No.14/2020 tentang pedoman pelaksanaan ibadah, yang isinya antara lain ibadah yang dijalankan dengan cara kerumunan agar seminimal mungkin dilarang dan dihindari.

Menurutnya, sebaik-baiknya salat adalah salat yang dilakukan di rumah.

"Rasulullah SAW menegaskan di dalam hadis shahihnya bahwa sebaik-baik ibadah shalat yang dilaksanakan oleh hamba di dalam hal ini umat Islam yakni shalat yang dilaksanakan di rumah," ujarnya

Sementara itu, Sekretaris Umum Pendeta Persekutuan Gerja-Gereja di Indonesia (PGI) Jacklevyn F. Manuputty, mengatakan sejak 13 Maret, pihaknya mengimbau seluruh umat menjaga jarak dan menghindari ibadah-ibadah yang sifatnya kerumunan.

Imbauan senada disampaikan Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Hong Tjhin. Dia menyatakan umat Buddha telah diimbau untuk menghentikan kegiatan yang sifatnya berkumpul, dan juga menjaga jarak minimal dua meter, serta merekomendasikan agar kegiatan di tempat ibadah bisa dilakukan dengan bantuan teknologi.

Sementara Sekretaris Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Steven menjelaskan para uskup telah mengeluarkan petunjuk untuk dapat ditaati dan dipatuhi terkait agar seluruh umat mengikuti perayaan gerejawi tanpa hadir secara bersama-sama, tetapi bisa melalui media sosial digital.

Demikian pula Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial Kemanusiaan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, Nyoman Suartanu menyatakan untuk mencegah Covid-19 ini, umat Hindu diimbau melakukan kegiatan keagamaan cukup dari rumah saja, mulai dari melakukan doa, meditasi untuk kesembuhan dan perbaikan bangsa. [gi/em]

XS
SM
MD
LG