Tautan-tautan Akses

Profil minggu ini: Ridi Djajakusuma


Selain di ruang kerja Suara Amerika, VOA, seksi Indonesia, mencari pria muda yang satu ini di Washington, DC dan sekitarnya tidaklah sulit. Ada 3 tempat yang paling disukainya, yang sekaligus mencerminkan seperti apakah sosok yang bernama Ridi Djajakusuma ini. Dan kesanalah saya melangkahkan kaki menemuinya dan berbincang-bincang mengenai banyak hal.

Pertemuan pertama di luar kantor dengan Ridi, demikian panggilan akrabnya, adalah di lapangan basket yang terletak di sebuah pusat kebugaran tidak jauh dari tempat tinggalnya di Virginia. Basket dan Ridi memang tidak dapat dipisahkan. Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, dia sudah jatuh cinta dengan olahraga yang sangat terkenal di Amerika ini. “Gue suka basket, karena basket adalah olahraga yang paling menghibur”, demikian ujar mantan pemain dari beberapa klub di Jakarta, juga pemilik nomor punggung 10. “Kalau tidak karena dilarang orang tua, gue pasti udah keterusan main sampai sekarang”, lanjutnya lagi.

Selain Basket, Ridi yang gila olah-raga ini juga bermain sepak bola, bulutangkis, tennis bahkan bermain caturpun ia ladeni. Pria Aquarius ini juga doyan bermain dengan air, karena itulah jangan heran bila melihat kulitnya terbakar matahari.

Kalau pembicaraan sudah masuk ke orang tua, bahkan basket yang dicintai setengah mati oleh Ridi pun bisa diputuskannya. Tidak heran, karena dari 3 hal yang dianggap paling penting dalam hidupnya, orang tua menurut Ridi adalah salah satunya. “They have been outstanding role models to all my siblings including myself, always being supportive to every aspect of my life eversince I was a child to adulthood”, ujarnya panjang.

Putus cinta dengan basket, membawa langkah Ridi untuk menyelesaikan kuliahnya di Perbanas, jurusan keuangan. Prinsip bahwa keseriusan ada waktunya, rupanya diterapkan dengan benar oleh Ridi yang menempatkan keseriusan sebagai salah satu hal yang tidak disukainya.

Tempat kedua yang saya kunjungi untuk menemui Ridi adalah rumahnya yang juga terletak di Virginia. Ditemani oleh istrinya, Novianti Harahap dan kedua anak kembarnya, Rafa Garba dan Gefa Galuka, yang baru berusia 3 tahun 6 bulan, Ridi nampak menikmati benar kebersamaan bersama keluarganya. Bagi Ridi, istri dan putra kembarnya, adalah hal paling penting dalam hidupnya. Sebuah anugerah luar biasa dari Allah yang amat disyukurinya.

Disana bersama istri dan anak, Ridi dengan lahap menyantap gado-gado yang menjadi makanan favoritnya sejak kecil. Meskipun sudah tinggal di Amerika sejak tahun 1998, tetap saja dia masih sering terkenang-kenang dengan berbagai masakan khas Indonesia, seperti mie bakso. Kepindahan Ridi ke Washington, DC, segera setelah dia menyelesaikan kuliahnya di Jakarta, adalah untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. “Lagi booming aja kali ya waktu itu”, jawab Ridi pendek sewaktu ditanya mengapa dia beralih ke bidang sistem informatika.

Setelah selesai meraih gelar master pada tahun 2000, Ridi sempat bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi, sebelum akhirnya bergabung dengan VOA sejak bulan April 2002. Adalah minatnya pada dunia hiburan dan kemampuannya dalam bidang sistem informatika, yang membawa Ridi bekerja di seksi Indonesia. Selain hadir sebagai penyiar membawakan acara musik, Ridi lah orang di belakang layar yang memperbaharui situs web www.voaindonesia.com dan buletin elektronik mingguan, VOA Email Direct. “Pokoknya asal jangan politik!”, tambah Ridi mengenai informasi lain yang dibawakannya selain musik. Meskipun tetap mengikuti perkembangan politik, namun Ridi mengaku politik terlalu menyakitkan baginya.

Satu lagi tempat favorit Ridi adalah kedai kopi Starbucks. Tempat mangkal dan nongkrong bagi sejumlah orang yang mencari suasana menyenangkan dan tentunya kopi yang beraroma harum, menjadi pilihan Ridi untuk berkumpul bersama teman-temannya. “I believe in friendship”, demikian kata Ridi mengomentari hal terpenting ketiga selain orang tua dan keluarga. Mengaku senang berteman, Ridi masih tetap menjaga hubungan dengan teman-temannya, bahkan dengan teman SMP-nya. “Saya selalu merasa gembira disekeliling teman dan sahabat”, tambahnya beralasan.

Di tempat seperti Starbucks ini, Ridi juga bisa menyalurkan banyak idenya dengan teman-temannya, seperti misalnya bagaimana mempererat hubungan dengan sesama orang Indonesia di Amerika, melalui event-event olah-raga yang dibuatnya. Nampaknya ide dan rencana mengalir lancar sambil Ridi menikmati sekaleng coca-cola, ketika ditanya mengapa tidak pesan kopi Starbucks, Ridi menyahut “Gue ga doyan kopi”

Cukup panjang perjalanan minggu ini mengenal Ridi Djajakusuma yang pernah tinggal selama 4 tahun di Warsawa, Polandia. Si penggemar jalan-jalan ini mengaku menikmati kerja di VOA karena suasana kerjanya yang hangat.

XS
SM
MD
LG