Harian New York times melaporkan bahwa komisi penyelidik serangan 11 September di Amerika telah mengusulkan dibentuknya sebuah jabatan baru setingkat menteri untuk mengawasi semua kegiatan badan-badan intelijen. Kata laporan itu, jabatan itu akan mengambil-alih sebagian tugas-tugas dinas intelijen pusat Amerika atau CIA, dinas penyidikan federal, FBI, Pentagon, dan sejumlah badan intelijen lainnya yang dikecam karena tidak berhasil mencegah serangan teroris di Amerika. Jabatan itu akan diberi nama kepala dinas intelijen nasional, tapi siapa yang akan mengisi lowongan itu belum jelas. Kepala dinas intelijen CIA yang dianggap pejabat intelijen paling senior di Amerika akan berada dibawah kepala dinas intelijen nasional yang baru itu.
Sementara, kata laporan majalah berita ‘Time’ dan ‘Newsweek’, Iran mungkin telah membantu delapan sampai 10 orang pembajak pesawat yang melancarkan serangan 11 September di Amerika. Kata laporan pers itu, komisi penyelidik serangan 11 September yakin bahwa para pembajak pesawat itu pergi ke Amerika lewat Iran antara bulan Oktober tahun 2000 sampai bulan Februari tahun 2001. Tapi laporan itu tidak memberikan bukti bahwa Iran tahu tentang akan adanya serangan di Amerika.
Dilain pihak, dinas penyidik federal Amerika (FBI) telah mulai menanyai orang-orang Islam dan warga Amerika keturunan Arab, untuk mencari informasi tentang kemungkinan terjadinya serangan teroris baru di Amerika. Kata harian Washington post beberapa puluh orang secara sukarela diperiksa oleh pejabat FBI. Kata para pejabat, usaha pemeriksaan itu akan segera diperluas, tapi akan lebih terarah dibanding dengan pemeriksaan yang dilakukan dulu atas orang-orang yang dicurigai punya hubungan dengan kegiatan teroris. Kata pejabat Amerika, al-Qaida diperkirakan sedang menyiapkan serangan besar di Amerika menjelang pemilihan Presiden bulan November.