Seabiscuit mungkin menjadi kuda balap yang paling populer di Amerika saat ini, meskipun masa jayanya terjadi pada tahun 1938, dan bahwa dia telah mati lebih dari 50 tahun yang lalu.
Yang pertama-tama perlu diketahui adalah bahwa sangat sedikit orang Amerika yang dapat menyebutkan nama-nama kuda balap sekarang ini. Balap kuda sekarang merupakan kegiatan yang semakin pudar di Amerika Serikat.
Kedua, Seabiscuit telah mendapat popularitas baru dalam dua tahun ini karena terbitnya sebuah buku pemenang hadiah, berjudul: Seabiscuit “ An American Legend ". Kurang-lebih 2,2 juta buku telah terjual. Pengarangnya telah menyatakan bahwa dia menduga buku itu akan terjual tidak lebih 5000 buah.
Film mengenai Seabiscuit dengan pemandangan yang menunjukkan kuda-kuda anggun dan perkasa sedang beraksi telah diputar di gedung-gedung bioskoop akhir musim panas yang lalu. Warga Amerika berduyun-duyun menyaksikannya,. Film itu hingga saat ini telah menghasilkan pemasukan 110 juta dolar.
Ketiga, kisah Seabiscuit mengilhami bangsa yang mengalami trauma pada masa depresi besar yang menyedihkan pada tahun-tahun 1930-an. Seabiscuit adalah keturunan kuda aneh yang relatif kecil berwarna lumpur yang berhasil unggul.
Jelas Seabiscuit bisa memberikan jawaban atas kecemasan yang terjadi sekarang ini. Teknisi gedung bioskoop layar lebar yang memutar film Seabiscuit di Washington, D.C mengatakan, “Penonton bersorak-sorak secara spontan ketika film diputar. Setelah menyaksikan film itu, para penonton pulang dengan senang. Film itu mungkin mengalihkan perhatian penonton sementara kita mengenang kembali kesedihan akibat serangan 11 September terhadap Washington, D.C. dan New York dua tahun lalu.
Akhirnya, film Seabiscuit merupakan ceritera yang memukau dengan penampilan para pelaku yang menarik. Pemilik Seabiscuit adalah seorang dealer mobil yang sukses dan pernah berkuda dalam pasukan kavaleri Amerika. Pelatih kuda itu berhasil memulihkan kemampuan Seabiscuit setelah kuda itu mengalami salah-urus dalam pemeliharaan. Pelatih itu, yang suka menyendiri, secara tak diduga-duga menjadi pusat perhatian. Jokinya, yang terlalu tinggi untuk memacu Seabiscuit dalam perlombaan besar, pernah mengalami beberapa kali kecelakaan dan patah tulang, muncul dari urutan terendah untuk turut lomba pacuan kuda. Mengutip kata-kata pemilik Seabiscuit dalam film itu, " Orang mengatakan bahwa kuda saya terlalu kecil, joki saya terlalu tinggi, pelatihnya terlalu tua, dan saya terlalu tolol karena tidak memperhatikan semuanya itu".
Tetapi mereka bekerjasama dengan erat. Seabiscuit dengan hati besar menjelma menjadi salah satu kuda luar biasa dalam sejarah pacuan kuda di Amerika. Seabiscuit membuktikannya dalam lomba pacuan kuda tahun 1938 ketika mengalahkan "War Admiral" yang megah, pemenang Triple Crown yang didambakan dalam pacuan setahun sebelumnya.
Banyak orang tidak bekerja pada sore hari itu untuk menonton pacuan kuda. Presiden Amerika Franklin Roosevelt adalah salah seorang dari 40 juta warga Amerika yang mendengarkan siaran pandangan mata pacuan kuda tersebut melalui radio. Sembilan puluh lima persen wartawan dan penulis olah raga meramalkan "War Admiral" akan menang. Orang-orang lain menjagokan Seabiscuit. Pada tahun 1938 lebih banyak artikel yang ditulis mengenai Seabiscuit daripada tentang Presiden Roosevelt, Hitler di Jerman, Mussolini di Italia ataupun mengenai aktor film Amerika Clark Gable.
Buku tersebut dan film mengenai Seabiscuit sangat membantu dalam menciptakan kisah mengenai Seabiscuit yang sangat sesuai dengan waktu, khususnya dalam masa depresi berat ketika banyak orang kehilangan pekerjaan, menjadi penganggur, kehilangan tempat tinggal dan lapar. Buku itu juga mencakup masa tahun 1942, ketika Santa Anita, tempat pacuan kuda di California, yang sangat penting bagi karier Seabiscuit, diubah menjadi kamp tawanan bagi warga Amerika keturunan Jepang pada awal Perang Dunia Kedua.
Laura Hillenbrand , penulis buku Seabiscuit itu telah menunjukkan semangat tokoh-tokoh yang ditulisnya. Pada umumnya geraknya sangat terbatas akibat penyakit parah yang dideritanya selama 15 tahun ini. Diperlukan tekad yang besar untuk melakukan riset dan menulis buku itu.
Uang penghasilannya yang tak diduga-duga dari penulisan buku itu telah memungkinkannya mempekerjakan seorang chef atau ahli masak khusus makanan Thailand. Laura Hillenbrand beruntung dapat pergi ke Gedung Putih sebagai tamu Presiden dan Nyonya Bush yang untuk pertama kali menyaksikan film yang telah selesai dibuat beberapa saat sebelum diputar di seluruh Amerika.
Pemilik Seabiscuit menangkap makna pesan dari film tersebut, yang sekarang beredar di seluruh dunia, yakni bahwa Seabiscuit tidak selalu menang, namun dia tidak pernah putus asa.
Diterjemahkan oleh Purwati Soeprapto